Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Money

Robohnya Warung Rakyat ini

15 Maret 2016   14:15 Diperbarui: 16 Maret 2016   02:57 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah ini dimulai dari suatu kisah yang menarik dari sebuah novel apik.[caption caption="warung rakyat kami atas izin pemilik desain dwiyogaar"][/caption]

Dari semak  di tebing sungai yang trejal, munculnya pertanyaan dua mahkluk tuhan

“kan sudah zaman edan, Mas. Pilihan kita hanya dua. Ikut edan atau jadi korban keedanan.”

“memang sich pak, sekarang ini dimana tidak ada orang edan?jajaran birokrasi pemerintah,  itu gudangnya. Jajaran penegak hokum, tentara, dekdikbud, depag,  sama saja. Kontraktor, banker, tak ada beda. Wakil rakyat? Ngge sami.

Dialog ihwal waras ini saya ambilkan dari buku Ahmad Thohari Orang-orang Proyek. Buku yang sangat baik untuk menjaga agar waras masih berpihak kepada kita—jika memang mendambah waras itu baik. Saying sekali, jika kita bicara pada orang-orang yang tak mengenal kewarasan itu sehat dan perlu laiknya ikan yang tak lagi mempertanyakan air sebagai habitat hidupnya.

Separuh nafas kita menahan badai penghancuran yang bertubi-tubi mendera DI Yogyakarta justru diera dimana keistimewaan mendapat formalitas dalam kerangkah UU khusus keistimewaan yaitu UU No.13 di penghujung tahun 2012. Jadi ksitimewaan di sisi lain ada upaya memagarinya dengan definisi yang ‘official’ sebagiamana yang termaktub di dalam UU tersebut dan dari beragam framing yang dimainkan oleh birokrasi-teknokrasi. Di sisi sebrang lainnya, ada pembantaian definisi formal dengan membangun beragam kontruksi baru apa makna keistimewaan. 

Bahkan ada keistimewaan itu diartikan sebagai sesuatu yang telah tercerabut ruh dari materinya. Keistimewaan telah direnggut dari saripatinya oleh kekuasaan yang pongah. Dan di social media saya saksikan ada pula yang bilang itu neo-fasisme.

 

Jogja ilang dalane

Jembar supermarket-te

Penguasa lalai

Rakyat menanggu pedih

Itu nyanyian nestapa betapa pemimpin telah meninggalkan rakyatnya sendiri digilas oleh kuasa kapital. Pasar rakyat kehilangan citra baik, ilang kumandange diganti oleh konstruksi normalitas baru yaitu bahwa pasar tradisional tak beradab, kumuh, rapuh, trocoh, dan stigma buruk lainnya. Sementara took modern berjejaring sejenis alfa mart, indomart, dan pemangsa lainnya itu dikesankan teramat positif: bersih, ramah,. Murah, dan sehat. Ini adalah kemenangan branding kapitalisme yang diiyakan-diamini oleh penguasa. Ya,. Pemerintah yang kita harapna membantu rakyat kecil dan pasar rakyat justru bersuka cita turut merobohkan warung rakyat atau pasar tradisional.

Ada pengakuan sangat kuat dari pelaku pasar rakyat, setelah direvitalisasi pasar tradisional tidak malah baik tapi semakin hancur dan semakin sunyi dari keriuhan warga berdagang. Banyak orang dibuat tak nyaman justru karena rezim modernisasi yang dipaksakan oleh pengelola pasar, oleh dinas-dinas yang sok tahu akan kehidupan khalayak pasar rakyat.

Warung rakyat bukan hanya pertahanan perut apabila kita maknai. Warung rakyat adalah alat pertahanan moral kebudayaan luhur yang diwariskan bangs ini. Agar bangsa ini tidak menjadi perusak (downloader) yang super eksploitatif akibat cara kerja pasar yang tak manusiawai. Pasar tak manusiawi yang cenderung monopolistic.

Pengurusan depkes label halal akan sangat sulit dilakukan sehingga kalau pun dilakukan itu tak sepadan dengan hasil berjualan. Begitu juga dalam aspek perizinan swalayan pasar rakyat yang agak dibuat modern, syaratnya dipersulit (pengakuan pengelola swalayan lokal, nama dihilangkan).  Jadi, pilihan semakain mengecil: bubrah atau roboh warung ini. Siapa peduli?

Thohari menuliskan dialog:

….maka adalah kata korupsi dikenal dalam sebuah system kekuasaan kerajaan? TIDAK. Karena bumi, air, udara, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta manusia yang hidup di atasnya adalah milik raja dan para pembantunya.  Korupsi hanya ada dalam definisi di Negara republik sementara republickini tak pernah tegak berdiri”

Sekumpulan manusia yang melibatkan diri sebagai forum “sabda rakyat jogja” ingin mengembalikan keadilan ekonomi. Ingin menjadikan keistimewaan nyata dengan memberikan ruang hidup bagi warung kecil, warung tetangga, dan ekonomi rakyat ini. Di DIY, harusnya masalah ini lebih cepat dibereskan dengan membubarpaksakan TMB illegal, menolak perpanjangan izin TMB, dan membangun kekuatan ekonomi berbasis koperasi rakyat. Ini lah keistimewaan yang dicita-citakan.

Tulisan ini kita tutup dengan sebuah mantra yang ditulis oleh sastrawan muda belia saudara Rifki Sanahdi sebuah “doa untuk kematian kaum downloader (tukang eksploitatsi kekayaan dan perampas kemanusiaan):

Langit senja menjingga di ufuk barat

Memancarkan secercah sinar yang masih tersisa sebelum malam menjemput

Sejenak seluruh mahluk berlari menuju pembaringan

Semua terlelap dalam buaian angin dan dingin yang menghantam

Kecuali sang downloader yang tak tidur demi hobi  ekploitasi uploader

 

Aduhai tahu kah engkau siapa uploader itu kawanku?

Dia adalah sosok yang dibenci olehku begitupun tuhanku jua namun disayang setan

 

Tuhanku selalu berbisik tiap malamku

Memintaku memintamu meminta kita menengadah ke langit

Menyalurkan suara mengadu lewat kata-kata

Tuhan seakan berkata kawan.. tak perlu risau ataupun gundah doamu menembus tujuh lapis langit

 

Seperti malam-malam biasa aku pun selalu terpanggil

Mencoba mewakili doa gembala yang kehilangan rumput dan padang ilalang

Petani yang kehilangan lahan akibat downloader

Dan pedagang di warung-warung dekat Rumah yang kehilangan pelanggan akibat korporasi downloader berbentuk toko modern.

 

 

Semoga doa ini bisa mengantarkan dan menjaga kita semua untuk tetap berada di posisi sebagai manusia berakal waras dan sehat mulia. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun