Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rebutan Kulit, Lupa Isi

25 Desember 2016   02:11 Diperbarui: 25 Desember 2016   03:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di sisi lain, agama islam yang sejak awal perkembangannya dibonceng oleh pemilik budaya Arab; beberapa ritual wajib menggunakan bahasa Arab; kitab suci juga berbahasa Arab, maka umatnya secara otomatis juga menggunakan kata Allah untuk menyebut Sang pencipta. Meskipun ada beberapa istilah yang luput terarabkan dan tetap mengambil bentuk lokal seperti istilah sembahyang untuk mengatakan menyembah Sang Pencipta.

Selama berabad-abad, tidak pernah ada yang meributkan soal istilah untuk menyebut Sang Pencipta ini. Dan hanya dalam pelaksanaan ritual agama, khususnya islam, yang mewajibkan penyebutan Allah secara khusus. Sedangkan di luar ibadah, istilah itu tidak pernah ada pembatasan.

Karena istilah, apapun sebtannya, sesungguhnya hanya simbol bahasa yang digunakan manusia untuk mengkomunikasikan ide. Dan agar ide yang disampaikan kepada publik dapat dipahami dengan baik, tentulah manusia akan memilih istilah atau kosa kata yang sudah dikenal oleh publik: sasaran komunikasi.

Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama islam telah lama menyerap kosa kata arab Allah untuk menyebut Sang Pencipta. Sepertinya tidak ada yang salah, apalagi dirugikan. Malahan, menurut saya, sudah seharusnya kosa kata bahasa Arab (baca: Allah) itu digunakan juga oleh umat agama lain yang ada di Indonesia. Karena hanya dengan cara itulH ide tentang Sang Pencipta yang sedang dikomunikasikan kepada publik dapat dipahami denganbaik dan benar.

Mengapa dianggap salah dan dilarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun