Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuburan

18 April 2015   23:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia juga menciptakan tanda untuk peristiwa kematian, sebagai bentuk penghormatan dan cinta kepada yang telah meninggal. Dengan tanda kematian, maka yang hidup tidak melupakan. Pada waktu dan saat tertentu, ziarah ke pusara yang telah ditandai itu perlu dan penting untuk dilakukan. Tanda kematian yang paling umum adalah batu nisan.

Batu nisan menjadi pengingat, agar mudah dicari, juga sebagai media berkomunikasi terhadap yang lain. Bagi yang hidup, mengingat mati adalah pelajaran sangat berharga. Kematian telah mengajarkan bahwa, dunia diperlukan hanya untuk menyambung hidup ketika di dunia. Akhirat tidak butuh dunia. Kuburanlah batas akhir kepemilikan manusia terhadap dunia.

Kata nabi “Si mati itu diikuti oleh tiga golongan. Dua golongan akan kembali, dan satu golongan akan tetap menemani. Dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang. Hanya amal yang akan tetap menemani." (Bukhari dan Muslim)

Bagi yang percaya, tanda tidak hanya dibutuhkan bagi yang hidup. Mayat di dalam kubur juga membutuhkan tanda. Karena arwah di dalam kubur juga mengharapkan kasih sayang dari yang hidup, berupa do'a dan kebaikan lainnya.

Nabi mengabarkan kepada kita bahwa, penantian di alam perbatasan antara dunia dan akhirat itu disebut barzakh. Ketika di alam barzakh, manusia masih diberi waktu untuk menyaksikan dunia tempatnya hidup. Hanya saja manusia yang hidup jarang menyadari akan hal itu. Banyak kisah yang sampai kepada kita tentang peristiwa antara nabi dan arwah di dalam kubur.

Inti dari kisah dalam hadist tentang kematian itu adalah bahwa, orang yang meninggal masih mendengar dan melihat apa yang terjadi di dunia. Para arwah di dalam kubur mendengar dan menerima do'a dari penduduk bumi yang sedang melewati kuburnya. Dan, nabi mengajarkan kita agar mengucapkan: "Assalamu 'Alaikum Ya Ahlal Qubur, antum lana salafun wa nahnu lahiqun," selamat sejahtera bagi kalian wahai penduduk alam barzakh, kalian telah mendahului kami dan kami akan menyusul."

Di samping do'a, arwah dalam kubur juga mengharapkan hadiah pahala dari sedekah yang diniatkan untuk mereka. Seperti disebutkan dalam hadist nabi saw.: “Berilah hadiah mayit-mayitmu.” Kemudian kami (sahabat) bertanya: Apa hadiah untuk mayit? Beliau menjawab: “Sedekah dan doa.” (Lihat kitab: Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 570).

Ziarah Kubur

Manusia perlu memahami bahwa, tanda di kubur adalah budaya umat manusia yang tidak ada kaitannya dengan agama, khususnya dalam islam. Menziarahi kubur begitu juga. Ia adalah peristiwa budaya yang tidak ada kaitan dengan agama. Perilaku memberi tanda di kubur dan kemudian menziarahinya, murni dikarenakan rasa kemanusiaan universal. Siapapun manusia yang masih memiliki rasa kemanusiaan akan melakukan, apapun agama dan kepercayaannya.

Tuhan tidak memerintahkan secara langsung untuk berziarah ke kubur. Melarang melakukannya juga tidak pernah. Nabi juga begitu. Namun, nabi dan ibunya Aminah telah melakukan ziarah ke makam Abdullah, ayah nabi, sebelum zaman kenabian. Ketika itu nabi berusia enam tahun, lama sebelum islam diwahyukan kepada nabi.

Ziarah nabi ke makam ayahnya sebelum masa kenabian menjadi bukti bahwa, perilaku ziarah kubur tidak terkait dengan ritual agama atau perilaku agama. Nabi dan ibunya melakukan ziarah ke makam ayahnya di Abwa', karena kerinduan dan kecintaan nabi kepada leluhurnya. Suasana hati yang dirasakan nabi dan ibunya, juga dirasakan oleh semua manusia yang sadar dengan kemanusiaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun