Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pasal Penodaan Agama Zaman Nabi

21 April 2013   13:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:51 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sutomo Paguci membuat tulisan kritis terhadap pihak-pihak yang menghakimi anak-anak SMA 2 Toli-toli yang melecehkan shalat. Pihak yang terlibat itu bisa dibaca dalam tulisannya berikut:

"...kelima siswi ini dipecat dari sekolah dan terancam diproses hukum pidana oleh kepolisian.

"...dikutuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan dikategorikan sebagai tal-’abuli ibadah (mempermainkan ajaran agama). Pun, kepolisian memproses kelima siswi tersebut dengan Pasal 156a KUHP tentang penodaan agama..."

"...Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun berpola pikir sangat formalistik dengan membenarkan pemecatan dan pemerosesan pidana terhadap kelima siswa SMA 2 Tolitoli tersebut..."

Tulisan tersebut memancing diskusi banyak pihak: pro dan kontra. Saya tidak mempunyai kapasitas keilmuan untuk mengomentari materi diskusi tersebut. Namun ada keinginan untuk memberikan pemikiran kepada pihak-pihak yang terlibat. Keinginan itu saya wujudkan dengan menuliskan beberapa Hadist dari Nabi. Semoga bisa menjadi bahan renungan.

Hadist-hadist tersebut adalah:

Hadist ke-1, tentang orang badwi yang kencing di mesjid Nabi

"Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat ketika itu meneriakinya dan berkeinginan untuk mencegahnya, namun Rasulullah saw dengan penuh bijaksana bersabda, ”Jangan kalian putuskan kencingnya!”. Maka tatkala orang tersebut selesai dari kencingnya, Nabi menyuruh agar tempat yang terkena air kencing tersebut disiram dengan seember air, lalu memanggil orang Badui tadi dan bersabda kepadanya, “Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk membuang kotoran di dalamnya, namun ia dipersiapkan untuk shalat, membaca al Qur’an dan dzikrullah.”

Hadist ke-2, tentang cucu Nabi yang menggangu Shalat Nabi ketika beliau mengimami shalat.

Hasan dan Husein adalah cucu Nabi Muhammad saw. yang sangat dekat dengan beliau.Ketika Rasulullah saw sedang menunaikan shalat berjamaah dan posisi beliau sebagai imam, Hasan naik ke punggung kakeknya itu saat beliau sedang ruku. Meskipun sudah saatnya berdiri dari ruku, Nabi saw masih saja ruku sehingga menjadi agak lama yang membuat diantara sahabat ada yang bertanya-tanya dalam hati: “mengapa ruku menjadi lama begini?.” Rasulullah saw memang sengaja tidak mau berdiri dari ruku, karena hal itu bisa membuat Hasan terjatuh dari punggungnya.

Ketika ia sudah turun dari punggungnya beliau baru bangkit untuk selanjutnyasujud. Ketika sujud, maka Husein yang bergantian naik ke punggung Nabi melakukanhal yang sama dengan kakaknya sehingga Rasulullah sujud menjadi lebih lama lagidan ini membuat sahabat yang tadi sudah gelisah menjadi bertambah gelisah, bahkan sahabat itu sampai mengangkat kepalanya untuk mengetahui apa yang terjadi, namun iapun sujud kembali setelah tahu bahwa rupanya Husein yang naik ke punggung nabi. Setelah shalat selesai dilaksanakan, Nabi tidak menampakkan wajah yang marahkepada cucuknya itu.

Hadist ke-3, tentang perempuan Yahudi yang buta mencaci maki Nabi

Beberapa hari setelah Rasulullah SAW wafat, syaidina Abu Bakar Shidiq RA dibai'at menjadi khalifah pertama. Tugas menjadi seorang khalifah tentulah sangat berat. Syaidina Abu Bakar Shidiq  berusaha memimpin seperti kepemimpinan Rasulullah SAW dan beliau ingin sekali menjalankan hidup seperti hidup baginda Rasulullah SAW. Untuk bisa mencapai tujuannya tersebut syaidina Abu Bakar RA bertanya pada Aisyah Rda (istri Nabi). "Wahai umi amirul mukminin, apa saja kebiasaan Rasulullah semasa hidup selain ibadah yang belum aku kerjakan?". Aisyah menjawab "Semua kebiasaan baginda Nabi telah engkau laksanakan kecuali satu hal, yaitu; Setiap hari Baginda Nabi selalu mengambil makanan dari rumah dan makanan tersebuat beliau bawa ke sudut kota Madinah, disana beliau menyuapi seorang nenek Yahudi yang buta matanya."

Abu Bakar pun segera mengambil senampan makanan di dalam rumahnya dan pergi ketempat yang disebutkan Aisyah untuk menyuapi nenek buta tersebut. Sesampai di sudut kota Abu Bakar menemukan seorang nenek pengemis buta yang tidak terurus, sepertinya memang perempuan tua itu sedang kelaparan. Tapi anehnya mulut perempuan tua itu selalu mengoceh dengan kata-kata yang menghina dan mencaci Rasulullah SAW. Menurut orang-orang di sekitarnya memang setiap hari nenek itu begitu, selalu menghina dan mencaci maki Baginda Nabi SAW. Awalnya Abu Bakar enggan menyuapi nenek yang menghina dan mencaci Rasulullah tersebut. Namun karena teringat kata-kata Aisyah bahwa setiap hari baginda Nabi selalu menyuapi nenek tersebut akhirnya Abu Bakar menghampiri dan menegor perempuan tua tersebut. "Wahai nenek diamlah, sesungguhnya Aku akan menyuapimu" Tegur Abu Bakar. Nenek itu menjawab "Terima kasih, tapi sebelum itu, aku hanya ingin mengingatkan engkau hai orang baik, bahwa jika kau mendengar nama Muhammad maka jauhi dia karena sesungguhnya dia adalah pembohong dan pendusta."

Kemudian dengan hati-hati Abu Bakar menyuapi nenek buta itu. Setelah dua suapan nenek tersebut menepis tangan Abu Bakar sambil berkata "Bukan... Sesungguhnya kau bukanlah orang yang biasa setiap hari menyuapi aku makanan, aku tahu orang itu sangat lembut dan sopan, kalau dia sudah dekat aku tau kalau dia yang datang. Bukan, kau bukanlah orang itu."Mendengar ucapan nenek tersebut Abu Bakar mennangis dan berkata "Wahai perempuan tua, sesungguhnya orang yang biasa menyuapimu setiap hari itu sekarang telah tiada karena dia telah wafat beberapi hari yang lalu. Dialah Muhammad yang selalu menyuapimu. Dialah Muhammad yang selalu engkau caci maki dan kau hina."

Mendengar penuturan Abu Bakar nenek tersebut tersungkur menangis dan menyatakan penyesalannya, nenek Yahudi itupun akhirnya menyatakan keislamannya.

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari Nabi SAW. atas permasalahan pelecehan terhadap simbol-simbol dan ritual keagamaan. Bukankah semua kita mengakui bahwa Muhammad SAW. adalah figur yang sempurna dan paling layak untuk diteladani?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun