Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Murtad 1

27 Maret 2015   11:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pindah atau konversi agama adalah kejadian biasa. Namun, mereka yang mementingkan simbol agama untuk kepentingan di luar agama tidak menyukainya. Dan, menganggap sebagai murtad, atau apostasy. Yakni pembelotan atau pemberontakan terhadap agama yang dianut. Bisa juga berarti sengaja keluar, atau memberontak kebenaran agama lama.

Dikatakan biasa, karena sudah terjadi sejak lama, sejak zaman para nabi, sampailah hari ini, dan tidak pernah akan berakhir. Baik yang pindah agama secara kolektif, maupun individual.

Nenek moyang kita juga melakukan. Dan, karena konversi agama, hari ini Indonesia menjadi negeri muslim terbesar di dunia. Padahal sebelumnya bangsa kita beragama hindu, budha dan agama primitip: animisme dan dinamisme.

Kemurtadan nenek moyang kita dari agama lama, belum lama terjadinya. Menurut Denneys Lombard, peneliti perancis yang menulis buku "Nusa Jawa: Silang Budaya", penduduk Nusantara melakukan konversi agama ke islam secara besar-besaran berlangsung karena bangsa Barat menjajah kerajaan islam Nusantara, pada awal abad ke-16 M.

Ketika itu, masyarakat dihadapkan kepada dua pilihan: membiarkan Barat menjajah atau membantu kerajaan islam yang sedang dijajah. Kedekatan secara fisik dengan kerajaan islam, telah mendorong masyarakat Nusantara memberi bantuan kepada kerajaan islam yang dijajah Barat. Pemberian bantuan itu, bermakna untuk bersama-sama dengan pemimpin muslim dan mengikuti ajaran islam.

Pada abad ke-16 M inilah tercatat dalam sejarah bahwa, telah terjadi percepatan pindah agama dalam jumlah besar. Tidak seperti sebelumnya, islam hanya minoritas, yang dianut oleh kelompok kecil masyarakat. Setelah penjajah Barat datang, islam menjadi mayoritas.

Dennys Lombart tidak menafikan bahwa, secara nyata islam sudah ada semenjak awal abad pertama hijarah, atau abad ke-7 masehi. Karena ada bukti fisik, antaranya batu nisan makam Maimun di gresik, yang dijadikan bukti arkeologis masuknya islam. Penulis sejarah, seperti Buya Hamka dan A. Hasymi, berkesimpulan sama. Islam sudah ada di nusantara sejak abad pertama hijrah.

Pada abad ke-13 M, Marcopolo juga mencatat, ada perkampungan muslim atau kerajaan islam kecil di daerah Perlak, Aceh. Tetapi di daerah pesisir lain yang disinggahi, kebanyakan masih beragama primitip: menyembah pohon kayu dan arwah leluhur. Di samping tentunya ada banyak yang mengkuti ajaran hindu dan budha.

Jejak hindu, budha, animisme dan dinamisme di Indonesia cukup banyak dan masih ada di mana-mana, merata di seluruh nusantara. Bahkan candi, tempat ibadah agama hindu dan budha menjadi simbol kebanggaan bangsa, sampai hari ini. Ada candi Muara Takus, Prambanan, dan yang paling terkenal Borobudur.

Teori Dennys Lombart tentang percepatan islamisasi di nusantara karena masuknya penjajahan Barat, adalah bukti bahwa, bangsa kita murtad dari agama lama ke agama islam karena hal lain di luar agama. Nenek moyang kita menjadi muslim, tidak melalui proses pencarian iman. Mereka pindah agama, bukan karena agama. Melainkan karena penjajahan.

Sampailah kita hari ini, menjadi muslim tanpa melalui proses pencarian iman. Kita menjadi muslim, karena keturunan. Karena terlahir di keluarga muslim, dan bergaul dengan orang-orang islam, maka secara otomatis menjadi muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun