Saya juga belum sempat menonton filmnya, sehingga saya tidak tahu persis sisi mana yang membuat mereka tersinggung dan menghendaki agar pemutaran film tersebut dihentikan.
Namun demikian saya tetap mengapresiasi positip dengan diputarnya film tentang sejarah kekhalifahan islam Turki. Tepatnya tentang "sejarah gelap" kehidupan di istana Turki Usmani yang membanggakan di masa khalifah Sulaiman alQonuni yang agung. Dikatakan gelap, karena kehidupan harem di istana adalah kehidupan serba rahasia dan tertutup dari jangkauan publik.
Semoga kehadiran film yang berdasarkan fakta rahasia sultan Turki yang agung, yang notabene adalah Khalifah di kekhalifahan islam yang sangat membanggakan umat islam sampai masa kini, memberikan pencerahan kepada pemirsa, khususnya umat islam di tanah air.
Itulah hakikatnya sejarah. Ia hanyalah tafsir atas fakta dan data masa lalu. Bila selama ini umat hanya disuguhi sejarah resmi yang ditulis oleh pemilik otoritas dan tentunya hanya Cerita dari sudut pandang yang terang atas keberhasilan penguasa. Sedang sudut lain yang gelap dan remang-remang disembunyikan dari jangkauan umat dan masyarakat luas. Maka, melalui novel dan film, sisi remang dan bahkan gelap yang sengaja disembunyikan dari publik sedikit banyak dapat terkuak dan diketahui.
Saya berpendapat, bahwa siapapun tidak boleh bersikap otoriter dengan menghakimi sebuah karya, apalagi fiksi dengan menggunakan otoritas untuk menghentikan tayangnya. Lebih baik pihak yang tidak berkenan atau yang mengetahui telah terjadi penyimpangan, menciptakan karya sejenis sebagai pembanding atau tandingan, mumpung lagi musim membuat tandingan apabila tidak setuju.
Selamat menikmati cerita tentang sisi gelap sejarah khalifah Sulaiman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H