Produk hukum seperti yang masih diajarkan sampai sekarang di sekolah dan pesantren itu, tentunya akan berbenturan dengan semangat modern yang mengedepankan azas persamaan hak dan kedudukan di depan hukum dan pemerintahan. Akibatnya secara praktis produk hukum masa lalu ditinggalkan oleh umat Islam sendiri di negara2 berpenduduk muslim, termasuk Indonesia.
Para pemikir kontemporer menyadari itu. Maka lewat kreatifitas berfikirnya, dengan menggunakan metode filsafat hermeneutik yang dipelajari dari Erofa, ditawarkanlah sebuah pola atau paradigma baru untuk menafsirkan sumber ajaran Islam, agar dihasilkan hukum praktis yang bersesuaian dengan perkembangan modern kita, bahkan dengan paradigma baru itu, ajaran Islam lebih unggul dan sangat progressif untuk memimpin perubahan.
Tetapi harapan dan kerja keras pemikir muslim, yang saya mengenalnya dari Prof. Munzir Hitami tersebut, mendapatkan banyak perlawanan dari kalangan Islam sendiri. Bahkan Nasir Hamid Abu Zaid dihukum murtad di negaranya sendiri, Mesir, dan dipaksa bercerai dengan isterinya serta diusir. Sekarang beliau tinggal dan mengajar di Belanda, sering melanglang dunia memenuhi permintaan seminar dan mengajar, termasuk ke Jepang. Melihat kondisi negara Islam yang dengan mudah memvonis mereka yang berbeda sebagai murtad dan terusir dari tanah kelahirannya, tentu kita bersyukur hidup di Indonesia. Walaupun pemikiran kontemporer tidak juga mudah diterima oleh beberapa kelompok dan ormas Islam radikal, tetapi negara memberi ruang untuk terus hidup dan berkembang. Bahkan di perguruan tinggi Islam, semuanya mengajarkan pemikiran Islam kontemporer tersebut dengan mata kuliah Hermeneutik.
Bapak Prof. Munzir Hitami sekarang adalah rektor UIN Suska. Kehadiran beliau dalam kehidupan saya memberi arti tidak ternilai. Tanpa pertemuan singkat itu, mungkin saya akan menjadi manusia yang paling keras ketika berhadapan dengan hiruk pikuk umat Islam yang terus memanas disebabkan masalah politik. Berkat kerendahan hati beliau memperkenalkan pemikir2 Islam yang handal dan mengguncang paradigma lama, saya menjadi mudah berhadapan dengan suasana panas akibat kepentingan politik seperti saat ini.
Terimakasih Prof. Munzir Hitami. Saya mendoakan agar Bapak senantiasa sehat dan bersama Allah. Semoga UIN Suska yang Bapak pimpin menjadi kawah candradimuka bagi generasi muda Islam di bumi Melayu tercinta ini. Sejarah membuktikan, bahwa perubahan selalu disemangati dan diawali dari kampus. Dan semoga generasi muda Islam yang sedang menuntut ilmu di UIN Suska menjadi agen2 perubahan yang berkarakter seperti Bapak: cerdas, terbuka, peduli dan tawadhu'. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H