Kejayaan
Membaca bagi bangsa adalah kemajuan. Ia memberi dampak positip di bidang ekonomi, politik, sosial budaya, ideologi dan lainnya. Penelitian telah membuktikan. Jumlah buku yang dibaca, berbanding lurus dengan tingkat ekonomi, kesadaran dan partisipasi politik, kreatifitas sosial dan budaya, juga wawasan dan keterbukaan sikap dengan yang berbeda. Semakin banyak jenis buku yang dibaca, semakin maju suatu bangsa. Begitu pula sebaliknya.
Negara maju, sudah melampaui itu, bukan hanya sekedar membaca. Penelitian sudah diarahkan kepada korelasi antara kemajuan yang dicapai dengan banyaknya buku yang diterbitkan. Semakin beragam jenis keilmuan dari buku yang diterbitkan, akan semakin majulah bangsa tersebut, dan seterusnya.
===================
Islam mencapai puncak kejayaan, juga diawali dengan membaca, Iqra'. Masyarakat muslim awal, menjadikan alQuran bacaan wajib dengan tujuan untuk: mengerti dan memahami isinya, serta menggali pesan Tuhan untuk umat manusia. Dan, mereka membaca untuk menginternalisasi nilai-nilai moral bagi pembentukan mental.
Berbeda dengan kebanyakan muslim sekarang. AlQuran masih juga dibaca, dengan tujuan berbeda, untuk: perlombaan dan kebanggaan, pengobatan dan pengekangan, serta kematian dan kuburan. Membaca tidak lagi untuk mencari dan menginternalisasi semangat dan nilai-nilai ketuhanan.
Di zaman lampau, aktifitas membaca terus mengalir dari satu generasi ke generasi. Sampailah ke zaman Harun Alrasyid, khalifah Abbasiyah. Didirikannya perpustakaan dengan nama Baitul Hikmah, gudang kebijaksanaan.
Para penulis dari seluruh dunia diundang. Bukan hanya kalangan muslim, melainkan juga Yahudi, Kristen dan yang lainnya. Jenis buku tidak terbatas: ada karangan asli dan juga terjemahan, dari karya orang-orang Yunani dan Romawi di Erofa, sampai karya orang Timur di India dan Cina.
Sebagai kepala pemerintahan, khalifah menghargai orang berilmu lebih dari yang lain. Dalam acara seremonial kerajaan, ilmuan ditempatkan di sebelah kanan khalifah. Masyarakat mengikuti, mereka menghormati ilmuan setingkat di bawah khalifah. Hasil karya para ilmuan dihargai dengan emas tunai. Setiap karya ditimbang dengan pembanding emas. Semakin banyak hasil karya akan semakin banyak emas didapat.
Pada masanya, Islam menemukan puncak kejayaan. Ribuan, bahkan jutaan karya di semua bidang keilmuan telah dibukukan dan diterbitkan. Kekhalifahan Abbasiyah menjadi pusat peradaban dan pengetahuan di bagian Timur, Bagdad. Sedangkan di wilayah barat, Andalusia, Spanyol sekarang, pemerintahan dikuasai kekhalifahan Muawiyah. Sikap dan tindakan Andalusia, juga setara keunggulan dan kepeduliannya kepada ilmu pengetahuan dengan Bagdad.
Saat itu, orang-orang Erofa mempelajari ilmu pengetahuan dari umat Islam di universitas Cardova, Andalusia, juga di Sicilia. Pemikiran Yunani yang sudah diterjemahkan dan diberi penjelasan (syarah) oleh ilmuan muslim, mereka pelajari. Nama-nama ilmuan besar Islam seperi Ibnu Rusydi dan Ibnu Sina adalah guru pertama ilmuan Erofa modern. Sampai sekarang Erofa tetap menghormati para Ilmuan muslim tersebut. Mereka mengenal dan tidak melupakan. Hanya soal lidah, mereka menyebutnya berbeda: Averoes dan Aveciena.
Berkat ilmu pengetahuan dari ilmuan muslim, Erofa mengakhiri zaman kegelapan. Mereka menemukan mesin, yang melahirkan revolusi industri di Inggris. Berkat ilmu itu pula, Erofa menemukan benua baru: Amerika.
Ketika di Amerika, seorang pendeta dari Inggris, John Harvad, menyedekahkan kekayaan dan perpustakaannya untuk sebuah lembaga pendidikan, sekarang menjadi universitas paling bergengsi di dunia, dengan nama pendirinya, Harvard College atau Universitas Harvad.
Dengan kekayaan yang dimiliki, Harvad mendatangkan ilmuan dari seluruh dunia, terutama dari benua Erofa. Ilmuan diberi penghargaan sangat tinggi untuk mengabdi dan berkarya di univeritas. Dan, Amerika Sarikat sampai hari ini, masih menjadi penerus tradisi keilmuan yang digagas oleh kekhalifahan Islam zaman keemasan. Para ilmuan seluruh dunia berkumpul di sana, untuk mengajar, belajar dan berkarya.
Erofa yang mengawali kebangkitan dunia modern, juga tetap menjaga tradisi keilmuan. Selama itu pula mereka tetap di puncak kejayaan. Erofa dan Amerika bergandeng tangan menjadi pemimpin dunia yang berperadaban. Dunia menyebut mereka dengan Barat.
===============
Bagaimana dengan pemerintahan muslim?
Gema kebangkitan Islam sudah lama disuarakan. Tetapi masyarakat muslim tidak bisa sepakat bagaimana caranya. Bahkan, karena perbedaan pendapat, antara sesama muslim saling menyalahkan. Semangat kebangkitan seperti diprakarsai oleh khalifah Harun alRasyid tidak pernah ditiru oleh pemerintahan muslim.
Masyarakat di negara-negara muslim hanya disibukkan dengan berbangga diri. Bangga dengan masa lalunya yang jauh, tetapi tidak serius dalam belajar dan mencontoh kebijakan khalifah, yang telah membawa Islam kepada kebangkitan.
Lucunya, sebagian umat Islam dengan mengatas-namakan Islam memusuhi Barat. Mereka menuduh Barat, sebagai penyebab utama kemunduran dan keterbelakangan negara-negara muslim. Mereka mengembangkan teori konspirasi setiap ada peristiwa yang merugikan kelompoknya, atau umat Islam. Mereka tidak mahu mengakui kesalahan diri. Mereka lebih senang menyalahkan orang lain dan melempar tanggung jawab ke Barat.
Padahal semua itu bermula dari kesalahan umat Islam sendiri. Dalam waktu yang cukup lama, pemerintahan Islam hanya sibuk berebut kuasa. Sejarah Islam di sepanjang perjalanannya yang cukup panjang, berkisah tentang peperangan. Perang untuk mendapatkan kekuasaan. Sampailah hari ini, beberapa negara muslim masih mewarisi tradisi perang untuk mendapatkan kekuasaan, seperti Libya, Syiria, dlsb.
Peperangan sesama sendiri telah merubah segalanya: kejayaan menjadi kemunduran, kekuatan menjadi kelemahan, pandai menjadi bodoh, gemerlap menjadi kumuh. Karena kondisi negara muslim yang serba kurang; mundur, lemah, bodoh dan kumuh, dengan mudah Barat mengalahkan. Sampailah ke hari ini, negara-negara muslim masih sibuk dengan mimpi masa lalu, dan ingin kembali seperti dulu. Padahal sejarah berjalan lurus ke depan, meninggalkannya.
Saatnya kita kembali meneladani khalifah Harun Alrasyid, menyongsong kejayaan melalui ilmu pengetahuan. Gairahkan semangat membaca dan hidupkan perpustakaan. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H