Mohon tunggu...
daryo susmanto
daryo susmanto Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

jangan berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dilarang, Warga Tetap Salat Idul Fitri di Masjid

24 Mei 2020   17:56 Diperbarui: 24 Mei 2020   17:53 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khidmat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Dokumen Misbachul Munir.

Ada yang berbeda Idul Fitri tahun ini. Pemerintah menghimbau agar masyarakat melaksanakan Shalat Idul Fitri di rumah saja serta melarang pelaksanaan shalat Id di Masjid atau di lapangan. Namun, masih ada beberapa masyarakat yang tetap melaksanakan Shalat Idul Fitri di Masjid atau di lapangan.

Dalam situasi pandemi seperti ini, tidak mudah untuk melakukan segala aktivitas terutama aktivitas yang melibatkan banyak orang atau kerumunan. Untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, pemerintah pun membatasi aktivitas masyarakat.

Awal-awal penerapan social distancing yang kemudian berlanjut ke physical distancing, sebagian besar masyarakat begitu kompak dan sejalan dengan anjuran tersebut. Mereka mengikuti anjuran untuk bekerja dari rumah dan belajar di rumah. Muncullah berbagai kreativitas masayarakat selama di rumah.

Pemerintah pun telah menutup atau menghentikan berbagai aktivitas perkantoran, sekolah, pabrik, dan pusat perbelanjaan. Perkembangan virus corona pun melambat. Untuk menekan lebih rendah lagi beberapa pemerintah daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Awal-awal penerapan social distancing yang kemudian berlanjut ke physical distancing, sebagian besar masyarakat begitu kompak dan sejalan dengan anjuran tersebut. Mereka mengikuti anjuran untuk bekerja dari rumah dan belajar di rumah. Muncullah berbagai kreativitas masayarakat selama di rumah.

Permasalahan lainnya muncul. Dampak dari banyak dihentikannya aktivitas perkantoran, sekolah, pabrik, dan pusat perbelanjaan termasuk tempat rekreasi.  Permasalahan ekonomi terkait dengan pemutusan hubungan kerja dan lainnya. Muncullah pengangguran, baik karena PHK atau tempat usaha kecilnya ditutup.

Pemerintah pun mulai mengeluarkan kebijakan bantuan sosial bagi masyarakat berdampak Covid-19. Berbagaia anggaran dipangkas dan dialihkan untuk penanganan tersebut. Namun, semua tidak berajalan seperti yang diharapkan. Banyak laporan kejadian bantuan yang tidak tepat sasaran. Mereka yang benar-benar terdampak tidak mendapatkan bantuan, tetapi mereka yang secara finansial tidak berdampak justru mendapat bantuan.

Berdiam diri di rumah beberapa bulan, bagi sebagian orang tidak masalah karena mereka tetap memiliki penghasilan meski bekerja dari rumah. Hal ini menjadi masalah besar bagi mereka yang jika berdiam diri di rumah tidak mendapatkan penghasilam sama sekali. Termasuk mereka yang harus dirumahkan karena tempat kerjanya tutup atau karena PHK.

Sepertinya Pemerintah Pusat dan daerah memiliki pandangan yang berbeda. Di saat pemerintah daerah menerpakan PSBB, sepekan kemudian Pemerintah pusat memandang PSBB tidak efektif untuk menekan penyebaran virus corona. Alih-alih membenahi penerapan PSBB, Pemerintah pusat justru memberikan sinyal relaksasi atau pelonggaran.

Selanjutnya, pemerintah membuka jalur penerbangan (bandara), kereta api, dan terminal bus antarkota. Hal itu berdampak pada peningkatan mobilitas masyarakat. Salah satu kejadian yang sempat viral adalah tersebarnya foto calon penumpang di bandara yang berdesak-desakan. Dalam foto tersebut sama sekali tidak memerhatikan protokol kesehatan penanganan Covid-19.

Pemerintah melalui juru bicara Gugus Tugas Covid-19 untuk berdamai dengan Covid-19 yang sebelumnya mengajak melawan. Hal ini pun semakin menimbulkan pro-kontra. Seperti keran air yang dibuka sementara tekanan begitu kuat, maka air pun meluncur deras. Kebijakan ini mendapat reaksi dingin dari tenaga medis dan paramedis. Mereka menuliskan "Indonesia Terserah" yang kemudian menjadi trending topik.

Kebijakan relaksasi atau pelonggaran ini justru terjadi menjelang Idul Fitri dimana dalam kondisi normal saja mobilitas masyarakat sangat tinggi. Mall atau pusat perbelanjaan dibuka, arus mudik meski masih dihimbau tidak mudik, makin deras. Hal ini berdampak pada terjadinya kerumunan massa yang cenderung mengabaikan protokol kesehatan.

Saat pusat-pusat perbelanjaan, bandara, stasiun, dan terminal dibuka kembali, dan terjadi kerumunan, justru larangan untuk melaksanakan Shalat Id di masjid atau lapangan disampaikan. Sebagian masyarakat merasa heran dan bingung dengan sikap pemerintah. Sebagian lainnya mengikuti anjuran tersebut.

Berangkat dari persoalan tersebut beberapa masyarakat berpikir bahwa ke pasar atau pusat perbelanjaan saja, orang tidak merasa khawatir tertular virus, apalagi ke masjid atau tempat ibadah lainnya. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan warga atau masyarakat tetap melaksanakan Shalat Id di masjid atau lapangan.

Sebagian pengurus masjid lainnya tidak melaksanakan shalat Id berjamaah. Tentu mereka juga memiliki pertimbangan yang matang. Beberapa masjid yang biasanya menjadi transit masyarakat luas banyak yang tidak menyelenggarakan Shalat Id karena jamaah yang hadir diperkirakan dari berbagai kalangan yang tidak diketahui asal usulnya atau riwayat perjalanannya.

Tidak saling menghujat atau menjelekkan kedua pilihan tersebut adalah cara terbaik agar kita tetap menjaga ukhuwah. Setiap pilihan tentu memiliki konsekuensinya masing-masing. Bagaimanapun juga tidak ada warga yang ingin tertular virus corona, kelengahan dan ketidakpedulian kita yang bisa menjadi penyebabnya.

Hal yang perlu dijaga oleh kita adalah tetap peduli dan menjaga diri agar selalu bersih dan sehat. Saat kondisi kita bersih dan sehat kita akan mudah tertular virus corona. Bagi yang tetap menjalankan ibadahnya di masjid atau rumah ibadah lainnya teruslah menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Bagi yang di rumah saja jangan tinggalkan ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun