Lalu, bagi anak-anak juga sangat membantu, mereka tidak perlu berlama-lama menghitamkan jawaban pada lembar jawab komputer.Â
Namun, di sisi lain saat usai PAS peserta didik lebih banyak bermain game atau media sosial sehingga anak-anak enggan membuka buku lagi untuk belajar mata pelajaran berikutnya.
Adapun menurut Dewi Ayu Irawati, S.Pd. salah satu guru Bahasa Inggris, PAS berbasis gawai ini lebih memudahkan terutama saat menjadi pengawas ruangan.Â
Pengawas ruangan tidak perlu lagi membagikan atau mengumpulkan kembali lembar jawab dan lembar soal. Pengawas ruangan cukup menuliskan link soal dan token di papan tulis. Jadi, kerjanya lebih cepat dan efisien.
Lilik Agus Darmawan, S.Pd. MM selaku kepala sekolah mengatakan bahwa karena PAS bebasis gawai ini merupakan program pertama di SMP Negeri 1 Cirebon, tentunya masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya.Â
Namun, kendala-kendala yang sifatnya teknis masih bisa segera diatasi. Misalnya, ada beberapa anak yang kesulitan untuk masuk ke soal, tetapi dapat segera diselesaikan dengan bantuan pengawas ruangan atau panitia PAS.
Selain itu, sebagai bentuk evaluasi terhadap program ini, panitia melalui angket secara online juga melakukan survey sederhana untuk menggali respon peserta didik dalam pelaksanaan PAS berbasis gawai ini. Ada beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh panitia kepada peserta PAS. Berikut hasilnya.
Terdapat 78,6% yang menyatakan bahwa ulangan berbasis gawai lebih baik daripada ulangan dengan lembar jawab komputer (LJK). Sisanya 21,4% menyatakan sebaliknya.
Terhadap kendala yang terjadi selama pelaksanaan PAS berbasis gawai, terdapat 89,4% menyatakan kendala yang dialami bisa diatasi. Sedangkan, 10,6% menyatakan tidak bisa diatasi. Namun, dengan kesigapan panitia semua peserta bisa melaluinya secara baik.