Mohon tunggu...
daryo susmanto
daryo susmanto Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

jangan berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menilik Masjid Merah Panjunan

1 September 2019   14:14 Diperbarui: 1 September 2019   14:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Masjid Merah Panjunan. Dokumen Penulis

Masjid Merah Panjunan yang berada di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon merupakan salah satu bangunan cagar budaya. Dasarnya adalah Surat Keputusan Walikota Cirebon No. 19 Tahun 2001.

Masjid ini didirikan kali pertama oleh Syekh Abdurahman yang bergelar Pangeran Panjunan sekitar tahun 1480. Menurut Pak Ipan, marbot atau penunggu masjid bahwa masjid ini awalnya tidak tampak oleh masyarakat umum. Kemudian masjid ini direnovasi dan diwujudtampakkan oleh Sunan Gunungjati sehingga masjid ini dapat dilihat oleh orang secara umum. 

Masjid ini awal dibangun cuma berupa langgar/tajug atau mushola sehingga sampai sekarang pun masjid ini tidak dipakai untuk pelaksanaan Shalat Jumat karena kurang memenuhi syarat minimal 40 jamaah. Namun, setelah direnovasi dan sudah bisa diisi lebih dari 40 jamaah, masjid ini tetap tidak dipakai untuk shalat Jumat. Hal ini masih menurut Pak Ipan bahwa Sunan Gunungjati pernah memprediksi bahwa sekitar masjid akan menjadi tempat jual beli antara pedagang lokal dengan pedagang dari Arab dan China sehingga untuk shalat Jumat tempatnya di Masjid Sang Cipta Rasa atau Masjid Kasepuhan. Dan prediksinya benar, daerah Panjunan menjadi tempat yang disibukkan dengan aktivitas perdagangan.

Masjid ini juga sering menjadi tempat wisata religi bagi para peziarah. Hampir setiap malam juga ada jamaah yang beritikaf. Meskipun masjid ini tidak digunakan untuk shalat Jumat, tetapi selalu dipakai saat Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha. Saat shalat Id inilah bangunan utama juga ikut dibuka atau digunakan.

Bangunan utama yang hanya dibuka saat Idul Fitri dan Idul Adha. Dokumen Penulis
Bangunan utama yang hanya dibuka saat Idul Fitri dan Idul Adha. Dokumen Penulis

Arsitek bangunan masjid ini memiliki tiga unsur budaya, yaitu budaya Islam, Hindu-Buddha, dan Tiongkok. Hal ini terlihat dari ciri-ciri bangunannya. Dari gerbang, tampak ciri khas bangunan mirip wihara atau klenteng. Begitu masuk kita akan menemukan banyak piring- piring keramik khas dari Tiongkok. Piring-piring ini merupakan cinderamata dari Istri Sunan Gunungjati yang merupakan orang China.

Dinding masjid dipenuhi piring-piring keramik dari Tiongkok. Dokumen penulis.
Dinding masjid dipenuhi piring-piring keramik dari Tiongkok. Dokumen penulis.
Sebagai bangunan yang mempunyai nilai sejarah tinggi, Masjid ini perlu dijaga kelestariannya. Secara fisik tentunya harus tetap dijaga. Apalagi ternyata bangunan ini sejak awal dari kayu maupun atapnya belum pernah diganti. Selain secara fisik tentu Masjid ini juga harus selalu dimakmurkan oleh jamaah di sekiranya. 

Pembaca tertarik untuk berkunjung? Mampirlah ke Majid Merah Panjunan jika sedang berada di Kota Cirebon.

Gowes Religi Tahun Baru Islam 1  Muharam 1441 H. Dokumen D'Tadarus Community
Gowes Religi Tahun Baru Islam 1  Muharam 1441 H. Dokumen D'Tadarus Community

Gowes Religi D'Tadarus Community. Dokumen Penulis
Gowes Religi D'Tadarus Community. Dokumen Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun