Setelah musim berubah, langit remang redup
di bagian ruang bernama gelisah
aku kembali menjadi kuncup.
Lalu berteman resah
sayup-sayup
patah.
Tubuh berdenting, bau tanah selepas hujan
lalu suara bertalu sahut-menyahut
asa bergelombang pusaka aksara.
Redam beberapa kata,
reda semuanya.
Semenjana.
Terkapar menanti uluran tangan orang baik
dari bilik yang dipaksa terbalik.
Menatap sayu dedaunan layu
termakan definisi pergi
juga sepi
sendiri.
Tualang yang salah arah, melangkahkan jejak
sembari mengingat getir sambaran petir.
Menggelepar tercubit duri setangkai
kembang mawar, tumbang
menemui ufuk
menajuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H