18 Januari 1914, sesepuh Ba Alawi Utsman ibn Abd Allah ibn Aqil ibn Yahya al Alawi, meninggal dunia. Usia 92 tahun. Makamnya di Petamburan, Tanah Abang. Lalu pindah ke Kebon Jeruk pada 1970-an sebab ada perluasan kota. Lalu pindah lagi ke Pondok Bambu, hingga saat ini. Koran De Niuewe Vorstenlanden, terbitan 19 Januari 1914, memberitakan kabar itu berdasarkan isi telegram. Bunyinya
Sejjid Oesman bin Abdullah bin Akiel bin Jahja Alawi, sinds 1891 adviseurhonorair voor Arabische zaken, is hedennacht overladen.Â
Terjemahan bebasnya sebagai berikut
Sejjid Usman bin Abdullah bin Akiel bin Jahja Alawi, penasihat kehormatan urusan Arab sejak 1891, kelebihan beban tadi malam.
Sembilan tahun berselang, tahun 1923, bertepatan dengan Peringatan 25 Tahun Ratu Wilhelmina berkuasa di Kerajaan Belanda. Penerus Utsman ibn Yahya al Alawi, rupanya, Â masih menjaga tradisi peninggalan ayahnya. Yakni mencari muka kepada sang ratu, bukti kesetiaan dan loyalitas. Saat Putri Wilhelmina dinobatkan sebagai ratu, tahun 1898, Utsman cari muka dengan seruan berdoa pada semua masjid di Jawa dan Madura. Juga cari muka dengan menulis doa puja-puja bagi Sang Ratu.
Kali ini, giliran penerus sesepuh Ba Alawi yang cari muka. Putra Utsman yang bernama Yahya, membuat poster edisi spesial peringatan. Sebuah poster dengan gambar Ratu Wilhelmina dan bendera tiga warna belanda; merah, putih, dan biru. Ditambah pita oranye. Teks pada poster berbunyi rangkaian puisi berbahasa Melayu dalam huruf pegon. Isi puisi pujian bagi Ratu Wilhelmina dan kerajaannya.
Puisi itu berbentuk akrostik dimana huruf depan setiap baris puisi membentuk kata Dua Puluh Lima Wilhelmina. Huruf depan itu tertulis dalam ejaan Arab-Melayu atau pegon. Dan inilah bunyi lengkap puisi dalam poster tersebut.
Dal (D)Â : Dua puluh lima tahun telah bersudah
Wawu (UA)Â : Wahai daulatku Sri Baginda
Fa' (P)Â : Peliharakanlah Ia Tuhanku
Wawu (U) : Warisannya kerajaan dengan berlaku
Lam (LU)Â : Lanjutkan Tuhanku dia punya umur
Ha' (H)Â : Hindia Nederland biarlah subur
Lam (L)Â : Lantaran penggawa yang bersetia
Ya' (I)Â : Yang berbuat baik dapat bahagia
Mim (M)Â : Marilah rakyat tua dan muda
Alif (A)Â : Alamat penutup apa yang ada
Wawu (W)Â : Waris dan subur Kerajaan Holland
Ya' (I)Â : Yang dipertuan sepenuhnya dada
Lam (L) : Lama dan selamat Ia memangku
Ha' (H)Â : Hakim yang adil menurut buku
Alif (A)Â : Alirkan alfiyah badan sekujur
Lam (L)Â : Lagi tahta kerajaan bertambah makmur
Mim (M) : Manis dan pahit ada sedia
Ya' (I)Â : Yakin yang jahat dapat bahaya
Nun (N)Â : Narimakan selamat bagi baginda
Alif (A/I) : Iduplah kekal kerajaan Holland
Selain menerbitkan poster dengan mesin cetaknya sendiri, Yahya juga merilis kembali doa yang dulu dibuat ayahnya, Utsman. Selain versi asli dalam bahasa Arab juga ditambah terjemahan dalam bahasa Melayu. Orang-oran Arab lainnya tidak ketinggalan ikut perayaan. Masyarakat "Al Arabiyyah" di Surabaya juga menggelar peringartan. Gapura kemenangan di alun-alun Situbondo Jawa Timur juga didirika khusus untuk peringatan 25 tahun Ratu Wilhelmina. Di dalam di depan lengkungan ini ditampilkan tarian Arab yang meriah. Di lengkungannya ada sebuah prasasti dalam bahasa Belanda untuk menghormati Ratu.(*)