JNE itu unik. Pendirinya, mendiang H Soeprapto Soeparno, merupakan generasi pre-boomer. Yaitu generasi yang lahir sebelum tahun 1945, generasi kolonial. Era JNE didirikan Pak Prapto, 26 November 1990, sasarannya tentu generasi Baby Boomer yang kala itu sedang menuju dewasa, dan generasi X yang masa itu tengah menginjak remaja. Era itu, JNE sekaligus mulai akrab didengar dan dikenal oleh generasi Milenial.
Uniknya, hampir 34 tahun, generasi Z yang saat ini mendominasi populasi, tetap mengenal merek JNE. Bahkan JNE menjadi preferensi jasa layanan pengiriman logistik, bagi generasi Z dan generasi milenial. Start up karya generasi kolonial ini, ternyata mampu menghubungkan kebahagiaan, melintas hingga generasi digital. Studi dari Populix bisa menggambarkan keunikan JNE ini.
Juni 2023, Populix menyaring 14 merek jasa kurir/ekspedisi, setidaknya dari 172 perusahaan penyedia dan anggota Asperindo, sebagai preferensi merek logistik kepada 1.577 orang dari generasi Z dan generasi milenial. Jumlahnya merata antara pria dan perempuan. Sebaran tempat tinggal paling banyak di Jawa, lalu Sumatera, dan beberapa tempat di pulau yang lain.
Hasil studi menyebut, dan inilah keunikannya, JNE adalah merek jasa kurir lokal sekaligus paling tua, yang tetap menjadi pilihan generasi Z dan generasi Milenial. Baik untuk kebutuhan pengiriman pribadi maupun belanja online. Alasan utama, JNE memiliki fitur pelacakan online terbaik, dan ketersediaan fasilitas bebas biaya kirim. Satu lagi, JNE dipilih karena kecepatan pengiriman.
Bagi penjual, keunikan JNE terletak pada kemampuan layanan yang menjangkau berbagai lokasi. Hal ini sangat beralasan, sebab era JNE dengan 8 karyawan dan modal seadanya, sudah lewat. Area distribusi JNE sekarang sudah mencakup lebih dari 83 ribu wilayah. Mulai kota, kabupaten, desa, hingga pulau terluar. Gerai JNE tersebar pada 8 ribu titik dengan karyawan lebih dari 50 ribu di seluruh Indonesia.
Motivasi lain dari penjual, JNE memiliki layanan pengemasan tambahan. JNE juga tersedia sebagai pilihan jasa pengiriman pada platform e-commerce. Satu lagi, penjual merasa nyaman dengan kedekatan lokasi agen JNE. Makanya Populix tidak ragu berkesimpulan bahwa tingkat kepuasan penjual pada JNE hanya ada dua; puas dan sangat puas. Bahkan bagi pengguna atau pembeli, kepuasan pada layanan JNE paling tinggi; 53 persen.
Tetaplah unik JNE. Tetaplah menjadi lokal, asli milik anak bangsa. Ditengah kompetisi jasa ekspedisi yang bebas ditopang permodalan dari luar. Tetaplah menjadi matang dalam pelayanan, jauh lebih matang dari sesepuhnya penyedia layanan logistik, Pos Indonesia. Tetaplah besar, melesat lebih besar dari wadah muasal, PT Citra van Titipan Kilat. Ada satu gap generasi lagi yang siap berkoneksi dengan layanan JNE, yakni Post Generasi Z.
JNE itu energik. Penuh energi dan bersemangat. Linimasa JNE sepanjang 34 tahun penuh dengan pencapaian, dan terbilang cepat. Bermula pada 1990, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir resmi didirikan sebagai divisi dari PT Citra van Titipan Kilat, atau TIKI. Hanya dengan 8 orang, mengurusi jaringan kurir internasional. Selang setahun, 1991, JNE sudah bergabung pada Association Courier Conference of Asia (ACCA), pusatnya di Hong Kong.
Tahun 1993Â atau tiga tahun berselang, JNE mampu mandiri. Berkembang dari sebuah divisi menjadi perusahaan dengan tata kelola dan manajemen profesional. Siap bersaing sehat dengan wadah muasal, dan berkompetisi lawan para pesaing. Pasar pengiriman domestik pun mulai digarap, secara serius dan penuh semangat. Ditandai oleh sebuah gerai penjualan di Jalan Tomang Raya No 3, yang resmi dibuka pada 1994.
Semangat membuka gerai JNE pada banyak tempat lain, kian menyala. Layanan energik ala Jepang, bernama Takuhaibin yang berarti layanan dari pintu ke pintu, mulai diadopsi pada 1995. Diberi nama sistem drop point, menggandeng kios atau warung telekomunikasi, sebagai agen pengiriman. Hermawan Kertajaya dari MarkPlus Inc menyebut, Takuhaibin berhasil memperluas pemasaran dengan peningkatan lebih dari 30 persen.
Kurun waktu berikutnya, energi JNE yang tercurah pada pembukaan agen dan gerai, bersinggungan dengan krisis ekonomi 1998Â yang memberi dampak besar. Persoalan arus kas perusahaan ikut mendera JNE, sebab model bisnisnya masih B to B. Menurut sang pendiri JNE, Djohari Zein, krisis ekonomi membuat seret investasi dan berdampak banyak perusahaan kesulitan pembayaran.