Dalam versi Bahasa Indonesia-nya, buku biografi Steve Jobs terbilang amat tebal; mencapai 23,5 cm dengan 742 halaman dan 22 lampiran. Penulisnya, Walter Isaacson, juga bukan orang sembarangan. Ia kini CEO Aspen Institute, pernah memimpin media berita CNN dan jabatan bergengsi sebagai manajer editor Majalah Time, pernah Ia isandang. Isaacson yang kini tinggal di Washington itu, juga penulis tiga buku biografi yang fenomenal.
Buku pertamanya, Einstein; His Life and Universe. Buku Keduanya, Benjamin Franklin; An American Life. Buku Ketiganya, Kissinger; A Biography. Dan bersama Evan Thomas, Isaacson menulis The Wise Men; Six Friends and The World They Made. Bila pada empat karyanya; Isaacson mampu memberi judul dengan panjang, biografi Steve Jobs yang Ia tulis dan terbit Oktober 2011 lalu itu, hanya berjudul pendek dan singkat; Steve Jobs. Itu saja.
Padahal Isaacson diperlakukan istimewa oleh Jobs. “Ini bukumu. Aku tidak akan mengontrol isinya. Dan aku tidak akan gunakan hakku untuk membacanya (sebelum diterbitkan),” begitu kata Jobs. Maka jadilah, Isaacson bisa leluasa wawancara dengan Jobs, lebih dari empat puluh kali sepanjang dua tahun. Isaacson juga bebas melibatkan lebih dari seratus sumber lain, mulai dari anggota keluarga, sahabat, musuh, pesaing, dan juga kolega Jobs.
Dan, perlakuan paling istimewa bagi Isaacson adalah sebuah permintaan Jobs secara pribadi, agar mau menulis sebuah biografi tentangnya. Padahal adik perempuan Jobs, Mona Simpson, juga seorang novelis hebat. Tiga novelnya; Anywhere but Here, A Regular Guy, dan The Lost Father, merupakan novel yang secara bebas didasarkan pada kisah nyata. Jobs sendiri bahkan mau bersabar hampir lima tahun (2004-2009) hingga Isaacson mau memulai untuk menulis.
Maka tentu bukan hal yang biasa; seorang wartawan dengan privilege luar biasa atas diri Jobs, dengan narasumber yang melimpah, dan waktu penulisan yang lama, hanya mampu memberi judul atas karyanya itu; ‘Steve Jobs’ (saja), tanpa embel-embel apapun. Jawabannya, barangkali, dapat ditelusuri dari 41 fragmen hidup Jobs yang berhasil ditulis Isaacson, yang pada akhirnya, memang tidak mudah memberikan satu label, untuk seorang Steve Jobs.
Embel-embel itu...
Ya, benar, Jobs lah sosok yang melahirkan iPad. Perangkat berjuluk ‘Tablet Yesus’ itu dikonsep pada 2004 meski baru rilis Januari 2010. Banyak yang mencela, awalnya, sebab piranti ini tidak memfasilitasi kebutuhan untuk berkreasi. Namun iPad juga sebuah keajaiban. Seorang anak miskin usia enam tahun yang hidupnya biasa membersihkan kandang; di pedesaan sebelah utara Bogota, Kolombia; bisa menggunakannya, walau tanpa petunjuk.
Celaan dari kompetitor yang menilai iPad kurang stylus, keyboard, USB, dan ini, dan itu, tidak mengurangi keajaiban iPad. Satu bulan usai dirilis, iPad terjual 1 juta unit. Mendekati Maret 2011 lalu, angkanya mencapai 15 juta. iPad –yang kehadirannya mampu menghidupi pencipta 425 ribu Apps- pada akhirnya turut mengubah tatanan semua media. Mulai dari buku, surat kabar, bahkan televisi dan film.
Ya, benar, Jobs pula yang melahirkan iPhone. Perangkat ini pun berjuluk ‘The Jesus Phone’. Dikonsep pada 2005, dengan sembilan bulan hanya untuk urusan desain saja, iPhone resmi rilis 2007. Perangkat seluler revolusioner ini berlayar lebar dan sentuh namun berbingkai tipis dari stainless steel. Layarnya ‘Kaca Gorila’; luar biasa kuat sebab melibatkan proses pertukaran ion yang menghasilkan pemampatan di permukaannya.
Lagi-lagi, awalnya, iPhone dicela. Pesaing menyebutnya sebagai telepon paling mahal di dunia. Dengan harga US$500, Microsoft meremehkan ketertarikan dari kalangan konsumen bisnis atas iPhone, sebab tidak memiliki keyboard. Namun fakta tak terbantah; iPhone mampu memahami hasrat manusia. Akhir 2010, 90 juta iPhone telah terjual dan meraup lebih dari separuh keuntungan total dari pasar ponsel global.
Ya, benar, bahwa Jobs lah pencipta iPod; sebuah pemutar musik portabel yang akhirnya menduniakan trackweel sebagai alat telusur. Warnanya bukan sekadar putih, tetapi putih bersih. Tidak saja pirantinya, tetapi juga headphone, kabel, bahkan adaptor. Dirilis 2001, iPod dipatok mahal, seharga US$399. Cercaan pun kembali datang, hingga lahir lelucon singkatan iPod sebagai idiots price our device (orang idiot menentukan harga gadget kita).