Beberapa perguruan tinggi bahkan mencanangkan diri sebagai entrepreneurial university. Universitas menyediakan inkubator bisnis sebagai pusat pembelajaran dengan iklim bisnis yang kondusif yang didukung oleh fasilitas laboratoriun yang memadai.Â
Sinergi antara technopreneur sebagai inisiator bisnis, lembaga riset sebagai pusat inovasi teknologi baru, dan perusahaan modal ventura sebagai penyandang dana, menjadi faktor penentu keberhasilan.Â
Multimedia University (MMU) Malaysia merupakan salah satu entrepreneurial university, Â di mana mahasiswa strata satu yang sejak masuk hingga wisuda mendapatkan dorongan, pelatihan, dan dukungan untuk membangun start up bisnis. MMU juga mengembangkan entrepreneurship dan riset bernilai komersial yang melibatkan dosen dan mahasiswa pasca sarjana (Teh Pei-Lee dan Yong Chen-Chen, 2008).Â
Triple Helix Model
MMU menerapkan pendekatan triple helix model (strategi kerjasama antara University (U), Government (G), dan Industry (I) secara efektif. Menurut pendiri Triple Helix Association, Henry Etzkowitz (2002), interaksi antara University, Industry, dan Government (U-I-G) adalah fondasi penciptaan dan/atau pengembangan kegiatan inkubator yang bersifat privat, publik, atau sosial, pusat penelitian dan modal ventura.Â
Interaksi U-I-G adalah interaksi dalam masyarakat berbasis ilmu pengetahuan (knowledge-based society). Perguruan tinggi lain yang berkomitmen menuju entrepreneurial university adalah National University of Singapore (NUS).Â
Dengan misi ‘kembar’ perguruan tinggi yakni (1) mendidik warga negara serta (2) berkontribusi pada penciptaan pengetahuan baru melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D), NUS menambahkan misi ‘ketiga’ yakni mengembangkan kewirausahaan untuk merespon kebutuhan ekonomi Singapura dengan menciptakan industri berbasis pengetahuan/inovasi serta komersialisasi (Poh-Kam Wong et al, 2007).Â
Untuk menjadi entrepreneurial university, NUS menciptakan divisi atau organisasi baru yang disebut NUS Enterprise. Organisasi ini bertujuan memasukkan dimensi-dimensi entrepreneurship dalam aktivitas pendidikaan dan penelitian. Mereka mengangkat seorang profesor yang telah mengembangkan temuan-temuannya untuk dikomersialisasi sebagai CEO.Â
CEO kedua adalah mantan pemodal ventura yang memiliki pengalaman riset dan start-up bisnis. NUS Enterprise berfokus pada internasionalisasi dan kolaborasi industri bi bidang riset dengan penekanan pada riset-riset yang berkualitas.Â
Komitmen NUS untuk menjadi entrepreneurial university diungkapkan oleh Prof Shih Choon Fong (2002).
"NUS bercita-cita untuk berdiri di antara entrepreneurial universities. Ini sejalan dengan visi kami untuk menjadi perusahaan pengetahuan global (global knowledge enterprise). Kami telah mengambil langkah-langkah untuk menyuntikkan dimensi kewirausahaan. Kami telah mendirikan NUS Enterprise sebagai ‘a free enterprise zone’, di mana inovasi dan kewirausahaan dibebaskan dari aturan-aturan tradisional."