Media dan orang muda bisa dibilang dua hal tak terpisahkan. Hampir semua media, baik koran, majalah, radio, dan televisi menjadikan orang muda sebagai target media dan menjadikan orang muda sebagai obyek, sasaran, konsumen yang menggunakan dan menikmati media.
Kini, pelan tapi pasti, kondisi itu mulai berubah. Internet mengubah orang muda yang selama ini menjadi obyek berubah menjadi subyek, yang seblumnya konsumen beralih menjadi produsen informasi. Banyak orang muda yang aktif di jurnalisme warga (citizen journalism) berbasis blog, website komunitas, Youtube, dan lain-lain.Â
Di dunia penyiaran, kini berkembang gerakan penyiaran warga (citizen broadcasting) siaran radio atau televisi online. Dengan fasilitas komputer/laptop, mikrofon, dan jaringan internet, orang muda bisa menjadi penyiar radio atau televise dari kamar masing-masing, tanpa harus membangun pemancar, master control dan ruang siaran.Â
Karakteristik radio internetÂ
Radio Internet menjadi medium strategis karena memiliki keunggulan atau keunikan. Pertama, kesetaraan. Selama ini radio konvensional cenderung bersifat satu arah cenderung berjarak dengan pendengarnya.Â
Radio Internet lebih ‘setara’ dan tak berjarakk karena pendengara dan penyiaran biasanya sudah saling mengenal di komunitas yang diikuti. Suatu saat, pendengar bisa berganti peran jadi penyiar, begitu pun sebaliknya.Â
Kedua, interaktivitas. Radio Internet biasanya ditandai dengan adanya percakapan atau interaksi yang terjalin melalui fasilitas email, chating, chatbox, Twitter, Facebook, dan lain-lain. Internet memungkinkan interaksi antara pendengar dan penyiar maupun antarpendengar secara simultan.Â
Ketiga, fleksibilitas, terutama dalam hal manajemen dan waktu siaran. Beberapa radio Internet tidak punya jadwal siaran rutin seperti radio pada umumnya karena siaran bergantung pada waktu luang atau mood penyiar. Maklum, siaran di radio komunitas Internet bukanlah pekerjaan profesional (Info Komputer, 06/01/2012).Â
Namun, ada beberapa radio yang bisa melakukan siaran 24 jam nonstop. Ini dimungkinkan, karena radio tersebut memiliki kru atau penyiar yang cukup banyak. Internet juga menjadikan radio makin dekat dengan audiensnya.Â
Pendengar yang sebelumnya pasif kini mampu menjadi pemegang kendali program-program radio. Misalnya, di Radio Las Vegas, seluruh musik diprogram atau ditentukan pendengarnya melalui layanan Jelli.com. Inovasi ini menjadikan radio makin personal dan menyesuaikan diri dengan kemauan pendengarnya.Â
Komunitas lokal dan diasporaÂ
Ada sejumlah radio Internet yang dikembangkan oleh orang muda berbasis komunitas lokal dan diaspora. Di Yogyakarta terdapat Radio Qwerty Pamityang2an (http://web.pamityang2an.com) yang diciptakan sekelompok orang muda penggiat komunitas di Yayasan Umar Kayam (YUK). Radio ini lebih banyak memutar playlist lagu tanpa penyiar.Â
Lalu ada Radio Teflon (http://radio.cahandong.org) yang dikelola komunitas blogger CahAndong sejak November 2010. Radio ini pernah menggelar talkshow, antara lain tentang recovery pascabencana Merapi, klinik fotografi bersama Kristupa Saragih, dan talkhow tiga negara: Indonesia, Belanda, dan Bolivia.Â
Radio Internet yang berbasis komunitas diaspora antara lain Radio Komunitas Twitter Indonesia (RKTI) (http://rkti.net), KaskusRadio (http://www.kaskusradiocom), dan Radio PPI Dunia (http://www.radioppidunia.org).Â
RKTI melakukan siaran resmi sejak Desember 2010. Radio ini diinisiasi oleh Indra Pramana di Singapura. KaskusRadio berdiri sejak 2003 sebagai bagaian dari komunitas Kaskus. Penyiarnya, umumnya, masih berstatus pelajar dan mahasiswa, termasuk yang sedang tinggal di AS, Singapura, Australia, Korea, Jerman, hingga Kanada.Â
Radio PPI Dunia merupakan radio yang seratus persen dikelola oleh pelajar Indonesia di luar negeri. Radio ini digagas oleh Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia Internasional atau Overseas Indonesian Student Association Alliance (OISAA).Â
Radio ini mengudara sejak 18 Mei 2009 selama 24 jam nonstop. Radio ini ingin menjadi radio yang tangguh, mandiri, ilmiah dan berdaya respon tinggi sebagai modal sosial bagi pembangunan Indonesia menuju knowledge based society dengan menyajikan informasi, baik perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan memupuk semangat kebangsaan antargenerasi untuk memperkuat ketahanan nasional menghadapi tantangan global.Â
Radio PPI Dunia berharap bisa menjadi media komunikasi, interaksi, informasi, dan silaturahmi pelajar dan masyarakat Indonesia di seluruh dunia. Tercatat ada 46 orang yang bergabung menjadi penyiar Radio PPI Dunia.Â
Beberapa kali radio ini menyiarkan live report atau live streaming seminar atau simposium yang diselenggarakan oleh komunitas mahasiswa Indonesia di luar negeri. Terakhir, Radio PPI Dunia menyiarkan Indonesian Student World Symposium dari Kuala Lumpur, Malaysia, 16-19 Februari 2012 lalu.Â
Social capital dan sense of communityÂ
Radio komunitas online menjadi ruang publik global, tempat bertemunya diaspora orang muda Indonesia. Meski tersebar, mereka bisa membangun jaringan melampaui batas geografi dan berkolaborasi melalui siaran radio Internet. Meski tak bertemu secara fisik, namun kedekatan dan rasa persaudaraan tumbuh di antara mereka.Â
Spirit voluntarisme, spirit berbagi, dan kemauan mereka untuk belajar dan berjejaring, mendorong mereka mengembangkan berbagai program dan konten radio. Dari situ mereka membangun gerakan dan menghadirkan pencerahan.Â
Radio komunitas Internet juga bisa menjadi tempat hang out virtual bagi pendengar dan penyiar, serta memfasilitasi pertemanan online dan pembentukan relasi baru bagi mereka yang sebelumnya tak saling kenal. Pertemanan online ini diikuti dengan munculnya relasi online maupun offline yang dimediasi oleh radio.Â
Di sini, radio komunitas Internet turut berkontribusi pada social capital seseorang. Pertemanan dan interaksi yang intens di radio menjadikan seseorang bersedia membantu orang-orang yang berada dalam lingkaran mereka.Â
Meskipun berjauhan secara geografis, jika mereka memiliki interaksi yang kuat (social capital,) mereka akan tetap dan terus berhubungan dengan komunitas mereka (Pramod K. Nayar, 2010).Â
Radio komunitas online mampu menciptakan ‘a sense of community without place’ dimana tempat secara fisik bukan menjadi soal karena mereka bisa bertemu kapan saja di radio.
Melalui berbagai program yang disajikan dan interaksi antara pendengar-penyiar maupun antarpendengar, menjadikan radio komunitas Internet menjadi titik pertemuan (meeting point) bagi orang muda Indonesia di seluruh dunia untuk membahas berbagai isu dan persoalan yang dihadapi negara kita.Â
Fasilitas internet memungkinkan komunikasi dan interaksi lintas batas sehingga radio komunitas Internet bisa menjangkau khalayak yang sangat luas dan dapat diakses dimana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun.Â
Tak hanya radio internet yang berbasis komunitas diaspora Indonesia yang tersebar dan berjauhan secara geografis. Radio komunitas berbasis lokal juga bisa menginisiasi siaran online. Interaksi atau diskusi pada level RT atau kampung yang selama ini berlangsung offline bisa dipindah ke ruang online.Â
Radio komunitas Internet berbasis lokal bisa membuka akses/ruang partisipasi bagi warga untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam diskusi publik dan memungkinkan warga untuk saling terhubung. Adanyanya akses dan interaksi/respon turut mendukung peningkatan kualitas komunikasi yang menjadi prasyarat terwujudnya public sphere.Â
Radio komunitas Internet bahkan bisa membuka akses untuk pengelolaaan pengetahuan, misalnya dengan mengunggah informasi-informasi penting yang berguna masyarakat. Orang-orang muda, mereka yang senang untuk terlibat dan dimintai pendapat, bisa diandalkan untuk mewujudkan hal itu. ***Â
Yohanes Widodo, dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya. Pernah aktif di Radio PPI Dunia (http://www.radioppidunia.org). Artikel ini diterbitkan di Bernas Jogja, 27 Februari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H