Kemudian…
Ada orang gila yang berani duduk diatap rumah,dimana rata rata atap bentuknya miring dan tidak sesolid lantai,apabila salah langkah maka atap rumah bisa jebol dan orang orang dibawahnya ikut menerima akibat dari langkahnya bila keliru.Namun diatas ia bisa melihat pemandanga yang lebih jauh lagi,lapangan bola kelurahan sebelah pun ikut nampak dilihatnya,mau ada tamu bawa rejeki atau gerombolan tawuran yang mendekati rumahnya ia lebih tahu terlebih dahulu.
Siapa orang ini?....biasanya mereka adalah orang orang level manajerial yang harus mampu menangkap peluang yang lewat atau mengantisipasi ancaman yang datang ke tempat kerjanya jauh jauh hari sebelumnya yang efeknya nanti bisa menentukan keberlangsungan hidup dari tempat kerjanya.
Nah,dimanapun posisi saya,saya harus menyadari nilai lebih apa yang saya dapatkan,jika saya ingin mengambil imbalan yang lebih tinggi maka saya harus memberikan effort lebih yang dapat diterima oleh tempat kerja saya.Kemudian siapa yang menentukan apakah effort lebih tersebut ada nilainya? Tentunya tempat saya bekerja yang menentukan,bukan saya.
Ibaratnya begini,ada abang bakso yang merasa sudah membuat bakso yang terlezat sedunia maka siapa yang menilai apakah baksonya itu enak atau tidak…? Tentunya yang beli bakso kan…..bukannya abang bakso yang ngotot baksonya terlezat sedunia…..
Loh kok jadi kaya jual beli antara karyawan dan perusahaan…? Memang pada akhirnya begitulah yang saya alami selama ini walaupun dengan berganti ganti juragan…..mungkin ada pengalaman yang lain?
Terakhir….kemudian siapa yang punya rumah? Yang punya rumah yaaaaaa……abang bakso pada tulisan saya yang jilid satu dulu…ha…ha…ha…..bisa dibayangkan betapa besar resiko “si pemilik rumah”,jadi tidak ada istilah kalau usaha sendiri itu lebih santai,atau memang mau santai penghasilannya? He…he…