Mohon tunggu...
Bronto Suseno
Bronto Suseno Mohon Tunggu... Guru - Suka Minum Kopi Pahit

Penggembala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korona Gagal Mudik, Menilik Jajanan Identik

19 Mei 2020   08:18 Diperbarui: 19 Mei 2020   08:18 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue Satu Kacang Hijau. Sumber gambar: keluyuran.com

Mudik yang merupakan salah satu tradisi masyarakat Indonesia, pada masa pandemi korona ini urung dilaksanakan oleh sebagian masyarakat. Pemerintah berusaha dengan gigihnya memutus persebaran virus Covid 19 dengan penerapan PSBB dan larangan mudik bagi masyarakat atau kaum urban. 

Sebagian mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak mudik namun tidak sedikit juga yang nyolong start mudik, mudik dengan menggunakan angkutan gelap dan jalur gelap dengan berbagai alasan dan latar belakangnya.

Baiklah kali ini saya tidak akan banyak membahas mengenai PSBB dan larangan mudik dengan berbagai latar belakang dan efek dominonya baik bagi pemerintah maupun masyarakat Indonesia pada khususnya. 

Salah satu hal yang selalu ada dalam tradisi mudik adalah oleh-oleh, penganan, jajanan khas / jajanan identik kaum udik. Jajanan kaum udik menjadi sangat ikonik bagi kaum urban disaat mudik.

Jajanan kaum udik di kampung saya Kebumen jenisnya beranekaragam seperti satu, sagon, kripik pisang, jenang, tape ketan dll. Saya mendefinisikan jajanan kaum udik adalah sebagai jajanan yang memang diramu, diracik dan diciptakan oleh bapak-ibu, eyang / embah buyut / leluhur di desa-desa. 

Di daerah lain diluar Kebumen juga memiliki banyak jajanan udik sebut saja belalang goreng khas Wonogiri, dodol asal Garut, Peuyeum asal Bandung dst.

Jajanan udik merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dalam meracik sumberdaya pangan untuk menyambut datangnya hari raya, kegiatan keagamaan / religi (baca: aktivitas kejawen) dan kegiatan budaya seperti pernikahan dll. 

Jajanan udik secara umum diramu dan diciptakan oleh leluhur kita di pedesaan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di desa tanpa harus membeli atau mengada-adakan yang tidak ada di desa tersebut, atau dengan kata lain tanpa harus "mengimpor" bahan dari daerah lain. 

Banyak sekali umber daya pangan yang ada di pedesaan misalnya saja pisang, beras ketan, gula aren, santan kelapa, kacang hijau, singkong, ketela rambat, ganyong dll yang memang pohon atau tanamannya tumbuh di desa tersebut.

Jajanan udik dimasa kini agaknya kurang terlalu istimewa jika tidak dikaitkan dengan aktivitas mudik. Saat ini sebenarnya dihari-hari biasa jajanan udik sudah relatif banyak tersedia di pasar-pasar tradisional sehingga kita dengan sangat mudah untuk membeli dan menikmatinya. Namun hal ini jarang dilakukan oleh sebagian masyarakat kecuali memang untuk oleh-oleh orang yang habis pulang kampung. 

Jadi masyarakat rasanya emoh membeli jajanan udik jika hanya untuk camilan teman ngopi di rumah atau untuk disuguhkan tamu yang berkunjung ke rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun