Malam begitu anggun mempesona dengan bintang yang mewarnai gelap malam dan sejuknya sinar bulan purnama. Aku masih duduk sendirian, bingung mendengarkan suara Fitri yang menceritakan bahwa Zahra selalu menjadi teman akrab teman kelasnya sendiri.
"Affan," suara ummi memanggil dari ruang tamu yang sedang duduk bersama bapak.
"Iya ummi..." Akupun langsung menghadapnya.
"Ummi, punya perlu penting sama kamu."
"Iya, ummi."
"Kamu sudah besar, sebentar lagi kamu akan lulus sarjana kebetulan ummi juga berharap kamu punya calon pendamping agar nanti sehabis lulus dari kuliah langsung menikah."
"Terus ummi."
"Kemarin kamu ke rumah pamannya kan. Jadi pasti kamu sudah tahu perempuan yang akan ummi jodohkan." Aku pun semakin bingung, sakit kepala terus menyambar.
"Dengan putri paman gitu ummi."
"Bukan," sahutnya bapak membuatku penasaran.
"Memang siapa," tanyaku penasaran.
"Itu keponakan pamanmu itu, kalau tidak salah namanya Zahrah."
"Alhamdulillah, terimakasih bapak dan ummi. Memang dia perempuan yang selama ini idamkan."
"Jadi kamu sudah saling kenal."
"Iya ummi dia perempuan yang memang aku inginkan. Mungkin lebih baik tunangan ini cepat disegerakan biar aku cepat tenang."
"Baiklah, Insyaallah mungkin Minggu depan bapak dan ummi akan menemui kedua orangtuanya."
Hati mulai lega, perempuan yang di idamkan akan menjadi calon pendamping hidup yang sebenarnya. Rasa bingung dan sakit kepala mulai hilang tinggal menunggu waktu untuk menjadi tunangan ku.