Mohon tunggu...
Moh Khozah
Moh Khozah Mohon Tunggu... Penulis - Dai Bilqolam

Alumni Mahasiswa BKPI IAIN Madura

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wariskan Ilmu Kamu Kepada Generasi Selanjutnya

19 April 2019   13:04 Diperbarui: 19 April 2019   13:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para ilmuwan dahulu sudah berhasil mewariskan ilmu pengetahuannya bahkan sampai sekarang ilmunya tetap dikaji oleh para generasi muda. Seperti Ilmu-ilmu para ilmuwan hebat diantaranya Imam Ghazali, Imam Nawawi, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Ibnu Hajar, Imam Syafi'i, Imam Hambali, Abu Hanifah, Sigmund Freud, dan para ilmuwan lainnya sudah memberikan ilmu pengetahuannya melalui karya tulisnya. Sehingga generasi selanjutnya dapat mengambil manfaatnya.Lalu bagaimana dengan kita yang hidup di dunia pendidikan yang sudah mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Tentu, kita punya kewajiban untuk berbagi kepada para generasi selanjutnya yang haus dengan pengetahuan para seniornya. Kita tidak hanya memberikan secara lisan, karena dengan cara lisan itu hanya pada waktu tertentu dan ketika waktu itu sudah berakhir ilmu yang disampaikan juga berakhir dan tentu orang yang mendengarnya hanya mendapatkan beberapa persen saja bahkan ada yang tidak mendapatkan sama sekali. Oleh karena itu di sini saya ingin berargumentasi kepada seluruh para pembaca artikel ini untuk tidak hanya disampaikan secara lisan saja akan tetapi disampaikan secara tulisan.


Tulislah semua wawasan yang dimiliki ke selembar kertas, tanpa membiarkan ilmu pengetahuannya berada pada dirinya sendiri. Kalau kita menggunakan metode menulis ilmu kita berkembang dan abadi. Selain tersimpan dalam dirinya sendiri juga tersimpan di selembar kertas yang kamu tulis. Apalagi diciptakan menjadi buku dan dicetak menjadi ribuan eksemplar, berapa banyak orang yang mendapatkan ilmu pengetahuan mu dan sudah berapa pahala yang kamu dapatkan atas apa yang kamu sampaikan kepada para pembaca.


Orang hebat tidak ada jaminan untuk menjadi seorang penulis, namun seorang penulis ada jaminan untuk menjadi orang hebat. Maksudnya, meskipun diri kita mempunyai banyak ilmu pengetahuan dan wawasan namun kita tidak pernah menulisnya tidak akan pernah mempunyai bukti tulisan berbentuk buku dan bahkan kehebatan hanya berlaku di lingkungan sekitarnya. Jika kita menulis tentu mempunyai jaminan untuk menjadi orang hebat, karena seorang penulis buku sudah punya bukti konkrit bahwa dirinya mempunyai banyak wawasan. Kalau tidak mempunyai wawasan tidak mungkin bisa menciptakan buku.

Memang menciptakan buku itu bukan hal yang mudah karena dalam penulisan harus punya keinginan yang kuat sehingga menjadikan rutinitas setiap hari. Kalau tidak bisa menjadikan hari-harinya sebagai rutinitas menulis maka sulit untuk mencapai harapan. Misalnya hari ini menulis dan besok menulis lagi, lalu besok lusa tidak menulis maka ujung-ujungnya tidak akan menulis karena sudah tidak konsisten dalam menulis.


Banyak alasan bagi seseorang yang ingin menciptakan buku tapi tidak berhasil  sesuai harapan. Ada yang mengatakan tidak punya wawasan, tidak punya banyak ilmu, tidak bisa merangkai kalimatnya, tidak menyambung dengan apa yang ada dalam pikirannya, tidak punya waktu. Sederhananya menulis itu tidak perlu membutuhkan waktu yang banyak cukup satu jam, 30 Menit Bahkan 10 menit asalkan konsisten setiap hari pasti akan menuai hasil. Seorang penulis harus punya waktu membaca, karena untuk memperluas wawasan caranya hanya dengan membaca.


Bidang apa yang kamu tekuni saat ini, maka tulislah semuanya, tanpa menyia-nyiakan kesempatan. Karena menulis tidak hanya ke katagori karya cerpen ataupun puisi. Misalkan kamu ahli dalam bidang ekonomi, saatnya kamu memberikan inovasi melalu tulisan sehingga orang lain dapat mendapatkan sebagian pengetahuan mu. Apabila kamu ahli di bidang bimbingan konseling, maka segeralah tulis apa yang kamu telah dapatkan dari bidang tersebut. Semua bidang yang kamu tekuni cobalah untuk ditulis, ciptakan buku setebal-tebalnya wariskan kepada generasi yang akan datang bahkan kepada keturunan mu sendiri.


Bukankah kita mempunyai wawasan yang luas karena karya-karyanya para ilmuwan senior yang telah berjuang menulis ilmu-ilmu hasil belajarnya. Karena berkat perjuangannya karya mereka umurnya melebihi dari karya-karyanya. Sekarang kita ini yang berhasil mendapatkan banyak wawasan tentunya mempunyai kewajiban untuk mengembangkan, memperluaskan ilmu-ilmu yang sudah dimiliki.
Perlunya kita untuk terus berupaya bagaimana ilmu-ilmu kita hasil belajar ditulis dan diciptakan menjadi buku. Setidaknya kita tidak perlu memikirkan kalau ditulis nanti akan menadapatkan apa? atau kalau ditulis nanti akan menjadi buku atau dapat diterbitkan di penerbitan terkenal. Terpenting kita bagaimana kita itu menulis ilmu-ilmu yang sudah didapatkan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi sesudahnya.

Untuk mengalirkan imajinasi penciptaan buku tentu kita harus mempunyai banyak wawasan dengan cara memperbanyak membaca buku yang saat ini tentu untuk membeli buku cukup uang sepuluh ribu dengan kualitas yang bagus dan isi yang memuaskan.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi perkembangan menulis terus ikut pada perkemabangan digital. Di mana media digital terus bermunculan dan memberi kesempatan kepada para penulis untuk berpartisipasi mempublikasikan karya tulis terbaiknya dengan honor yang kecil hingga honorium yang besar. Tentu dengan kehadiran media digital ini menjadi sarana untuk memberikan kemudah kepada para penulis dalam mempublikasikan karya tulisnya dan menjadi daya semangat untuk terus berkembang di bidang kepenulisan.

Berbgai konten tersedia memberi relasi kepada penulis yang suka menulis berbagai katogori sesuai skill yang dimiliki sehingga mereka mampu mengembangkan ilmunya yang sudah dimiliki. Sehingga dapat mengembangkan skill menulisnya terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Mewariskan ilmu pengetahuan bisa menggunakan dengan media digital tersebut meski satu judul dan tentu lebih baik menciptakan karya tulis tersebut menjadi buku tulis untuk memberi kemudahan kepada para calon pembacanya. Pasalnya kebanyakan pembaca buku itu menetap di pesantren di mana pesantren melarang keras untuk menggunakan alat komunikasi android sehingga mereka tidak bisa mengaksesnya.

Seorang penulis tidak akan gagal menyelesaikan tulisannya, akan tetepi mereka hanya malas untuk menyelesaikan tulisan yang sedang disusun dengan beberapa kalimat ide yang dimiliki. Keterbatasan ide bukan alasan untuk tidak menyelesaikan tulisan yang sedang ditulis akan tetapi kurangnya punya rasa untuk menyelesaikan tulisan yang sedang ditulis. Jika seorang penulis mempunyai rasa keinginan besar untuk menyelesaikan tulisannya maka apa saja dilakukan termasuk melakukan penelitian ke sana sini bahkan tidak mau berhenti untuk membaca buku sesuai kebutuhannya.

Teringat para mahasiswa semester akhir yang diberi tugas untuk membuat skripsi yang menjadi penentu selesainya kuliah dan sebagai syarat wisuda, mereka berjuang sedemikian rupa untuk menyelesaikan skripsinya yang memang sebelumnya tidak pernah melakukan penulisan namun, karena punya rasa keinginan untuk selesai semua yang dibutuhkan dikerjakan termasuk membaca sebagai referensi tulisannya dan penelitian sebagai tambahan wawasan selesainya skripsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun