(1)Analisis Representasi, yang dapat dilihat dari bagaimana interpretasi fokus pembahasan mengenai produk budaya itu sendiri serta bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi masyarakat,
(2) Subkultur dan Identitas, yang dapat dilihat dari bagaimana kajian cultural studies memahami bahwa budaya bukanlah entitas homogen,
(3) Kritis terhadap Kekuasaan dan Ideologi, dengan keterlibatan kita terhadap dua hal tersebut yang dapat mencerminkan bagaimana dominasi produk budaya dan bagaimana kepentingan politik dan ekonomi. Adapun menyikapi perbedaan budaya dengan menyeragamkan budaya, sudah cukup “mengerikan”, apalagi ‘membudayakan’ pihak lain dengan membuat klaim tidak berdasar secara sepihak dan mengakui bahwa budayanya adalah yang paling baik dengan tujuan untuk mempertahankan dominasi dan status quo kekuasaan mereka secara tidak bijaksana, dipandang dari sisi kajian budaya dan hal inilah yang mengakibatkan perilaku tidak manusiawi atau melanggar HAM (Santi, 2003).
Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana budaya tidak hanya mencerminkan realitas tetapi juga membentuknya, sekaligus mengidentifikasi konflik, perlawanan, dan potensi perubahan dalam dinamika budaya kontemporer. Dengan cara ini, kita dapat mengidentifikasi konflik, tindakan perlawanan, dan kemungkinan perubahan dalam kehidupan budaya sehari-hari.
Perspektif kajian budaya memungkinkan kita untuk menggali lebih dalam interpretasi dan pengaruh produk budaya terhadap cara kita berpikir dan berinteraksi. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk mengeksplor dinamika kompleks di balik produksi, distribusi dan konsumsi budaya serta melihat bagaimana kebijakan politik dan ekonomi memainkan peran penting dalam membentuk narasi budaya. Sebagai contoh, melalui analisis Cultural Studies, kita dapat mengeksplorasi bagaimana media massa menjadi sarana untuk menyebarkan ideologi tertentu, menciptakan opini publik, dan memengaruhi pandangan kolektif terhadap isu-isu penting. Di dalam Cultural Studies terhadap produk budaya juga membentuk narasi budaya yang mencerminkan kepentingan dan nilai-nilai dominan. Dalam konteks ini, analisis Cultural Studies memungkinkan kita untuk melihat lebih jauh bagaimana media massa tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi tetapi juga sebagai agen kekuasaan yang dapat membentuk opini dan pandangan publik.
Media massa, termasuk televisi, radio, surat kabar, dan platform digital, memiliki kemampuan untuk menciptakan narasi yang meresap ke dalam kesadaran kolektif. Dengan merinci bagaimana media massa menyebarkan ideologi tertentu, kita dapat mengidentifikasi bagaimana nilai-nilai, norma, dan pandangan dunia tertentu menjadi bagian integral dari budaya populer. Selain itu, Cultural Studies juga menyoroti perlawanan dan subversif yang muncul dari kelompok marginal dan kelompok yang tidak terwakili di media massa. Dengan menganalisis bagaimana kelompok-kelompok ini menciptakan dan mengartikulasikan narasi alternatif, kita dapat melihat bagaimana mereka berupaya melawan dominasi budaya dari kekuatan-kekuatan arus utama.
Adapun pembahasan spesifik mengenai tinjauan cultural studies terhadap komunikasi kontemporer, yaitu ;
(1) Globalisasi dan Hibriditas, konsep ini sangat ditinjau dalam cultural studies karena disitulah pembahasan unsur-unsur budaya yang berinteraksi dan menghasilkan bentuk baru di konteks global dengan menyelidiki bagaimana globalisasi memengaruhi aliran informasi dan produk budaya
(2) Media Sosial dan Partisipasi Publik, dimana dalam hal inicultural Studies memeriksa dampak media sosial dan teknologi digital pada partisipasi publik, tentang bagaimana teknologi memungkinkan pembentukan kelompok-kelompok komunitas baru ataupun menyediakan platform untuk suara yang sebelumnya terpinggirkan
(3) Audience Reception, yaitu peran penting penonton dalam interpretasi dan resepsi produk budaya. Cultural Studies menggali bagaimana penonton aktif berpartisipasi dalam proses makna dan bagaimana interpretasi dapat bervariasi antar kelompok dan individu.
(4) Konflik dan Resistensi, dalam hal ini Cultural Studies menyoroti konflik dan resistansi dalam komunikasi kontemporer, misalnya tentang bagaimana kelompok-kelompok tertentu mungkin menentang representasi mereka dalam media atau menggunakan media sebagai alat perlawanan.