Mohon tunggu...
Arief Arbianto
Arief Arbianto Mohon Tunggu... wiraswasta -

lelaki biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demi Pencitraan, SBY pun Difitnah Kabinet Jokowi

19 Mei 2015   00:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik pencitraan yang dilakoni Presiden Jokowi dan para pembantunya kali ini memakan korban. Tak tanggung-tanggung, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY kini menjadi pesakitan dan difitnah sebagai orang yang bertanggung jawab atas maraknya mafia migas. SBY terlihat sangat marah atas pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang mengatakan bahwa pemberantasan mafia migas selalu terhenti di meja presiden SBY. Melalui akun twitternya @SBYudhoyono, mantan presiden 2 periode yang kini menjabat ketua umum Partai Demokrat tidak dapat menutupi kemarahannya. “Saya amat terkejut dgn pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yg menyerang & mendiskreditkan saya, ketika menjadi Presiden dulu,” kicaunya. “Sudirman Said, melalui Berita Republika Online, mengatakan bahwa pemberantasan Mafia Migas selalu berhenti di Meja SBY. Saya harap Pak Menteri ESDM melakukan klarifikasi apa yg dimaksud, karena justru saya ingin penyimpangan apapun diberantas,” lanjut kicaunya. Merasa tidak pernah menghalangi pembubaran Petral, SBY bahkan berbicara dengan mantan wakil presiden Budiono dan 5 menteri pembantunya yang terkait dengan isu Petral tersebut. “Selama jadi Presiden, saya tidak pernah mengintervensi BUMN manapun. Termasuk urusan tender & bisnisnya. Yg penting jangan korupsi,” lanjutnya. SBY tidak mampu menutupi kegeramannya karena menjadi pihak yang disalahkan demi popularitas. “Tetapi, kenapa harus terus menyalahkan pemimpin & pemerintahan sebelumnya. Popularitas bisa dibangun tanpa menjelekkan pihak lain.” Di akhir twitnya, SBY meminta dukungan dan doa dari seluruh rakyat Indonesia agar ia kuat menghadapinya. Berikut adalah twit lengkap SBY: Saya amat terkejut dgn pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yg menyerang & mendiskreditkan saya, ketika menjadi Presiden dulu. *SBY* Sudirman Said, melalui Berita Republika Online, mengatakan bahwa pemberantasan Mafia Migas selalu berhenti di Meja SBY. *SBY* Saya harap Pak Menteri ESDM melakukan klarifikasi apa yg dimaksud, karena justru saya ingin penyimpangan apapun diberantas. *SBY* Saya bahkan membentuk Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, yg hakikatnya memberantas kejahatan & penyimpangan apapun. *SBY* Tidak ada yg mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada pasti sudah saya tanggapi secara serius. *SBY* Saya tertib dlm manajemen pemerintahan. Isu serius seperti mafia migas, pasti saya respons. Tidak mungkin berhenti di meja saya. *SBY* Hari ini saya berbicara dgn mantan Wapres Boediono & 5 mantan Menteri terkait, apakah memang pernah ada usulan pembubaran Petral. *SBY* Semua menjawab tidak pernah ada. Termasuk tidak pernah ada 3 surat yg katanya dilayangkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan waktu itu. *SBY* Berita ini saya pandang sudah tmsk fitnah & pencemaran nama baik. Saya masih menunggu klarifikasi dari pihak-pihak yg menyebarkan. *SBY* Mungkin tidak mudah menghadapi yg tengah berkuasa sekarang ini. Tetapi, kebenaran adalah “power” yg masih saya miliki. *SBY* Selama jadi Presiden, saya tidak pernah mengintervensi BUMN manapun. Termasuk urusan tender & bisnisnya. Yg penting jangan korupsi. *SBY* Saya juga berpesan agar semua BUMN berkembang baik, bayar pajak & deviden, tidak ada korupsi & jangan pula jadi sapi perah. *SBY* Sebenarnya saya mendukung upaya pemerintahan Presiden Jokowi utk lakukan penertiban, krn setiap Presiden hakikatnya juga begitu. *SBY* Tetapi, kenapa harus terus menyalahkan pemimpin & pemerintahan sebelumnya. Popularitas bisa dibangun tanpa menjelekkan pihak lain. *SBY* Tuduhan & fitnah yg disampaikan Menteri ESDM & pihak-pihak tertentu sulit saya terima. Rakyat Indonesia, doakan saya kuat menghadapi. *SBY* # Chirpstory baca disini Sumber: SatuNusaNews

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun