Oleh: Dr. Agung Kwartama.,SE.,MM.,MH.
Wartawan Suara Utama Perwakilan Jakarta, Member of Taklim Jurnalistik & AR Learning Center, Dosen dan Pemerhati Pendidikan
- Kehidupan di Indonesia sangat indentik dengan gaya hidup hedoisme terutama bagi kaum muda yang baru terjun dalam dunia kerja yang professional dan mempunyai penghasilan sendiri.Â
Namun, dunia industri saat ini yang menuntut keahlian khusus serta tekanan pekerjaan dengan target yang sangat ketat demi kelangsungan perusahaan ditengah persaingan bisnis.Â
Sehingga pola hidup untuk menikmati hasil pekerjaan yang didapat dengan hang out bersama teman ke tempat kumpul bersama untuk melepas kepenatan yang dihadapi dalam pekerjaan sebagai alternative dalam kebosanan di rutinitas pekerjaan.
Akan tetapi seiring dengan persaingan antar bisnis segala bisnis serta pademik efek yang sangat dirasakan untuk dunia usaha atau perusahaan tertentu terutama yang membutuhkan modal besar (Huge capital) mengalami tekanan yang besar dalam mempertahankan bisnis usahanya harus melakukan efisien terutama dalam sumber daya manusia, yang harus dikurangi bahkan pemutusan tenaga kerja (Lay off employee), terutama tenaga kerja laki - laki yang menjadi tulang punggung keluarga.Â
Hal ini menjadi salah satu penyebab istri harus membantu ekonomi dalam keluarganya, akan tetapi adat ketimuran mempunyai kebiasaan atau aturan tidak tertulis yang menuntut bahwa kepala rumah tangga harus bekerja sebagai kehormatan dalam kehidupan.
Dilansir (Aris Tritanto,2020) bahwa perceraian yang disebabkan ekonomi pada masa pandemi menjadi salah satu penyebab dalam berumah tangga, selain hal lain seperti perselingkuhan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga, sehingga hal ini juga sebagai wanita harus mandiri dalam menjalankan roda ekonomi keluarga terutama pendidikan anak serta kebutuhannya.Â
Wanita karir atau pekerja akan benar diuji secara mental dan fisik dalam mengelola kehidupan rumah tangganya disebabkan setelah pulang bekerja dihadapkan hal  hal peran ganda sebagai ibu dan istri dalam keluarga agar semua berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan tuntutan ekonomi dan target perusahaan yang dibebankan terutama wanita karir, bisakah peran ibu tergantikan dengan pihak lain? Ini pertanyaan klasik yang sering terdengar umum (commom issue) untuk kehidupan anak serta pendidikannya.Â