Mohon tunggu...
Andi Eka Prima
Andi Eka Prima Mohon Tunggu... Guru - Blog Pribadi

Andi Eka Prima, S.Pd.M.Pd Lahir di Kab.Banyuwangi 27 April 1988. Dari pasangan Bpk Hadi Suwoto dan Ibu Jumaiyah Ismiyati. Pendidikan pertama di tempuh di TK Khotidjah 14 lulus pada tahun 1995 lalu kemudian MI Miftahul Huda lulus tahun 2000, MTs Miftahul Huda lulus 2003. Kemudian Melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember lulus 2006, sempat mempuh kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri jember tahun 2006 - 2012 Dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). kemudian di tahun 2014 melanjutkan program studi Magister S2 di Universitas Islam Malang lulus tahun 2017 dan memperoleh gelar Magister Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris. karya ilmiah yang sempat di tulis yaitu Improving students' Speaking using Brocure (journal skripsi), Teaching Speaking using Visual Narrative (thesis Journal), Minat Belajar Bahasa Inggris Masyarakat dan Pertumbuhan Pariwisata (Radar Banyuwangi), serta Students' Needs Learning English as Second Language for Engineering Program Vocational High School research ).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru Ideal

7 Maret 2022   08:30 Diperbarui: 13 Maret 2022   22:18 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga: selain guru mempunyai kelebihan kecerdasan  intelektual dan moral yang harus dimilikinya agar tidak egois. Inilah gambaran bahwa profesi guru bukanlah sebuah pekerjan yang remeh tapi pekerjaan berat yang membutuhkan semangat keikhlasan namun dalam perpektif lain guru juga bisa dianggap gagal dalam mendidik anak bangsa seperti yang dikatakan Ki Hajar Diwantoro guru sebagai sosok yang di gugu lan di tiru, bahkan baru -- baru ini terkadang malu sendiri jika kita sering melihat oknum seorang guru yang menciderai nama suatu lembaga yang rasanya tidak pantas bila di perbincangkan. Sebagai contoh ada oknum guru yang berbuat amoral, dan  yang paling actual lagi adalah guru merasa tidak mampu mengajar sehingga materi yang di ajarkan keluar dari koridor keilmuanya. 

Hal inilah yang sekarang sedang kita dihadapi, bahkan mungkin kita sendiri yang merasa demikian. Alhasil banyak peserta didik yang kita lihat adalah mereka justru meremehkan akan pentingnya bersekolah sehingga mereka berdalih "meskipun saya tidak belajar nilai saya tetap baik kok".  Sehingga muncul  kata kata ini dari mereka sehingga menyebabkan kecemburuan sosial didalam lingkungan sekolahnya.

Pentingnya peran orang tua terhadap perkembangan anak sangatlah dibutuhkan mengingat dari sekian banyak peserta didik khusunya di wilaya jawa timur sebagaian mereka terjerat kasus "Narkoba, Tawuran, Balap liar dan Perkelahian".  Ini menjadi referensi kita sebagai orang tua yang ada terikatan emosional bagi anak anaknya dan guru bagi peserta didiknya. namun demikian orang tua tidak harus saling menyalahkan akan tetapi keduanya harus bersinergi dan bersatu untuk mendidik anak anaknya atau peserta didiknya untuk mencapai cita cita bersama.

 Bila dibandingkan guru dimasa sekarang  dengan guru dimasa  awal islam dulu sangatlah beda jauh, guru ketika awal islam merupakan manusia yang paripurna. Merujuk kepada sosok guru ketika awal islam dulu bahwa Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ar-Razi,  Alkhoritsmi,  serta banyak sekali tokoh -- tokoh lain yang tidak dapat di sebutkan merekalah sosok guru  dan ulama yang disegani  oleh umat bahkan sebagian dari mereka merupakan penasehat pemerintah, dimana pemerintah bilamana membutuhkan pendapatnya pastilah datang ke rumah atau masjid  dimana tempat guru itu tinggal.  Paradigma guru dalam Alqur'an syurah (Ali- Imron 03 ayat 110)

 

" kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk menusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara  mereka yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang orang yang fasik".

 

Maksud kalimat diatas sangat cocok sekali dengan tokoh yang di idolakan yakni sosok guru atau biasa dikenal dengan bapak bangsa Ki Hajar Diwantoro dimana ia memiliki karakter jiwa pendidik yang membawa perubahan bagi bangsanya, sosok yang berani berkata tidak disaat yang lain berkata iya. Oleh karena itu kenapa beliau selalu dikenang seluruh masyarakat. Pertanyaanya bisakah kita seperti beliau? Jawabanya adalah ada didalam hati masing masing.

 

Ada pepatah mengatakan " Jangan melihat dimana ladangnya tapi lihatlah siapa petaninya"  sepenggal kalimat ini memberikan kita pengetahuan bahwa diamanpun tempat mengajarnya apakah peserta didiknya nakal atau tidak pasti seorang guru mampu menanganinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Potensi yang bagus adalah dimana orang mau mengembangkan ilmunya dan bagaimana mendidik dengan sepenuh hati.

Oleh sebabnya dengan adanya proses perancangan sebuah kurikulum ini diharapkan mampu menyusun rencana, tujuan, isi dan bahan pengajaran dan tata cara yang di gunakan sebagai pedoman  penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan (UU No. 20 tahun 2003). Guru diharapkan harus menguasai materi, materi sangat berperan penting dalam menjalankan suatu proses pembelajaran bagi peserta didik sebagai alat untuk mendapatkan informasi. Dengan adanya sertifikasi guru serta pelatihan pelatihan mulai Guru Penggerak diharapkan guru mampu memberi ruang untuk bisa lebih berkembang untuk kemaslakhatan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun