Mohon tunggu...
qurrotul isnaeni
qurrotul isnaeni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

be my self and elegant

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepotong Hati yang tersisa

18 Desember 2013   10:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dulu rasanya indah sekali melewati hari hari ini, Rasanya ingin hidup seribu tahun lagi jika itu bersamanya. Tapi itu dulu, Sebelum peristiwa itu terjadi Tepat Lima Bulan sebelum hari pernikahan itu. entah apa yang merasuki fikiranmu waktu itu, awalnya aku tak begitu mempedulikan omongan orang orang tentang kamu, tapi setelah aku melihatnya sendiri betapa hancurnya aku menyaksikan itu. kamu dengan riangnya menggandeng perempuan lain menuju kamar hotel tepat dimana aku tengah mengadakan acara dengan kantorku di hotel yang sama. Tak kuasa melihat itu, aku menyuruh seorang petugas Hotel untuk mengembalikan Cincin pertunangan itu, dan aku memutuskan hari itu juga terakhir aku melihat wajahmu. Terakhir aku berhubungan denganmu. Dan terakhir aku menyandang status sebagai tunanganmu.

Dengan langkah pasti Aku berjalan menyusuri koridor gelap dan sepi itu. Segelap dan Sesepi hatiku saat ini, karena semenjak peristiwa itu aku benar benar menutup diri terhadap laki laki, Rasanya terlalu sakit untuk kembali membuka hatiku untuk laki laki lain. Terlalu takut aku untuk mengalami kegagalan lagi.  Aku rasa sudah cukup yang kemarin. dan aku tidak mau lagi terulang kembali. Sudah cukup.

*******

Setahun berlalu, aku masih saja tetap menutup diri. meskipun tak menampik banyak lelaki yang mendekatiku, tapi rasaku Datar, karena setiap kali aku berusaha untuk mengabaikan rasa trauma itu, justru semakin jelas rekaman peristiwa itu. Andria Dinata aku sungguh menyesal telah memberikan sepotong hatiku untukmu, dan membiarkan sepotong lainnya mati dan membeku karena racun yang sudah kau sebarkan. Aku juga sangat marah kepada diriku sendiri karena ternyata aku tak mampu mengabaikanmu begitu saja. Aku bahkan tidak pernah berani untuk menatap setiap lelaki yang mencoba mendekatiku, Rasanya setiap kali aku melihat wajah laki laki yang tergambar hanya wajahmu. selalu kamu. Entahlah.

Langkahku gontai saat aku tiba di sebuah area toko buku, aku limbung dan aku hampir terjatuh tapi disaat yang bersamaan seorang laki laki menopang tubuhku, dan memapahku berteduh di gazebo dekat toko buku itu.

" Kamu tak apa apa ? " ucapa lelaki itu lembut. Aku mengiyakannya dengan anggukan.

" Maaf kalau aku lancang menyentuh tubuhmu, tapi ini darurat. Maafin aku yah". ucapnya lagi

" Iya tak apa apa, aku justru berterima kasih atas pertolonganmu." jawabku disertai senyuman.

" Kenalin aku Robby, Sekali lagi aku minta maaf yah".

" Karina, panggil saja aku Karin." jawabku lembut.

" Kamu mau ke Toko Buku ? "

" iya" jawabku singkat

" kebetulan aku juga mau kesana, mau berengan gak? "

" enggak terima kasih, aku masih mau duduk dulu disini." jawabku datar

" oh baiklah, aku duluan. Senang bisa berkenalan denganmu." ucapnya sambil tersenyum dan melangkah pergi. Aku masih sibuk dengan fikiranku saat aku melihat dia melangkah menuju toko buku langgananku. Aku masih terheran kenapa aku bisa secair itu berbincang dengan laki laki, padahal dia orang asing yang baru aku temui hari ini. Ada perasaan aneh yang muncul begitu saja, ada kehangatan yang mengalir dalam hati ini saat aku melihat senyum tulus itu. Senyum yang tak pernah aku temui selama ini. tersadar dengan fikiranku, aku langsung bergegas menuju toko buku itu, dan berusaha mengabaikan perasaan aneh yang sedari tadi hadir dalam hatiku. Setibanya di toko buku, aku langsung menuju deretan buku yang sedang aku cari, tak lama buku itu sudah di tanganku. dan aku langsung menuju kasir.

" maaf mba, mba namanya karina bukan?" Tanya petugas kasir kepadaku

" oh iya mbak, ada apa yah?" Jawabku terheran.

" ini mbak ada titipan dari mas mas yang tadi beli buku disini." ucap petugas kasir itu. Masih dengan tanda tanya aku mengambil dan mencoba membuka isi kertas itu.

senang berkenalan denganmu karin, aku berharap kita bisa berjumpa lagi.

salam hangat Robby.

itulah kiranya pesan yang ada di kertas itu, aku tersenyum setelah membacanya. dan aku segera membayarkan harga buku yang sudah aku ambil tadi.

(bersambung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun