Walaupun pemilu masih jauh, namun dinamika politik yang mengiringi semakin marak, dimana ditandai dengan terjadinya adu tagar antara pengguna kaos #DiaSibukKerja dengan para pengguna kaos #2019GantiPresiden pada saat Car Frree Day (CFD), di kisaran bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. (tirto.id, 1 Mei 2018)
Terlepas dengan adanya kericuhan terkait insiden yang mewarnainya, namun aksi #2019GantiPresiden patut diwaspadai oleh tim sukses Presiden Jokowi, dalam usaha untuk memenangkan periode kedua menjadi orang nomor satu di Indonesia. Dari hari ke hari gerakan ini semakin solid, karena disebarkan kontinyu dan masif.
Dalam wawancara dengan salah satu media masa, salah satu dari anggota aksi ini mengaku bahwa gerakan mereka hanya dilatarbelakangi kegelisahan" kinerja pemerintahan saat ini, yang memperlakukan umat Islam dengan tidak adil, dengan adanya kriminalisasi ulama, setelah selesainya Pilkada DKI Jakarta beberapa saat yang lalu. (tirto.id, 2 Mei 2018). Kriminalisasi ulama yang dimaksud di sini adalah dengan dilanjutkannya proses hukum Habib
Rizieq Shihab dalam kasus pornografi.
Walaupun seolah-olah terlahir dari kegelisahan anak bangsa, namun sejatinya gerakan ini dimotori oleh pengurus salah satu partai yang terkenal memiliki masa milenial dan fanatik untuk melakukan gerakan secara masif dan sistematis, yakni Mardani Ali Sera. Hal ini dapat disimak dalam acara 'Indonesia Lawyers Club' di salah satu TV swasta, Sekjen Partai Keadilan Sejahtera ini melontarkan gagasan bahwa Presiden Jokowi pada dasarnya bisa dikalahkan dengan asumsi kinerja yang kurang memuaskan.Â
Tidak lama setelah mengucapkan kata-katanya, dalam hitungan hari telah muncul tagar dan aksi #2019GantiPresiden. Kampanye aksi ini kemudian disebarkan secara intens oleh Eggi Sudjana dan Neno Warisman di berbagai daerah. Hal ini diakui keduanya dalam wawancaraya dengan salah satu media pada bulan April 2018, bahwa keduanya ikut menggagas aksi #2019GantiPresiden (tirto.id, 2 Mei 2018).
Sebelum menggagas gerakan ini, Mardani Ali Sera sukses mengantarkan Anies Baswedan - Sandiaga Uno ke tampuk jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang lalu. Sehingga rekam jejak Mardani tidak usah diragukan lagi. Metode Mardani dalam merancang dan melaksanakan aksi kegiatan benar-benar masif dan didukung oleh fans yang loyalis dan "militan".Â
Mereka bisa digerakkan kapan saja untuk melakukan aksi dukungan ataupun "penggembosan" terhadap paslon dalam pilkada ataupun pejabat pemerintah melalui media sosial. Dengan kemampuannya untuk menggerakkan massa di media sosial, kemampuan dari Mardani benar-benar tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kemampuan Mardani untuk bisa merubah keadaan ataupun untuk menurunkan elektabilitas Jokowi selain karena memiliki "pasukan" yang loyal dan "militan", isu-isu  yang diusung pun juga menyangkut emosi masa yang bila dikemas dengan baik bisa meletupkan gejolak massa, isu-isu utama yang diusung dalam gerakan #2019GantiPresiden antara lain adalah:
- kriminalisasi umas Islam, dan
- kasus tenaga kerja asing (TKA)
Isu-isu tersebut di atas, bila tidak diantisipasi sedini mungkin, bukan tidak mungkin bisa menurunkan elektabilitas Presiden Jokowi secara signifikan.
Bagaimana Harus Bersikap?
Terkait dengan isu kriminalisasi umat Islam, Presiden Jokowi perlu bersikap lebih bijak, dengan mengajak para ulama, terutama kyai-kyai sepuh serta ulama Islam di luar NU untuk berdialog dan membahas masalah ini secara komprehensif, karena yang dihadapi adalah masa akar rumput, yang memiliki tingkat emosional tinggi dan mudah sekali "dibakar".
Pendekatan keagamaan dan hukum syariat perlu dilakukan secara hati-hati, sehingga masyarakat bisa memahami dengan baik dan menerima apapun yang diputuskan oleh pengadilan. Â Ada salah satu pendapat ulama yang bisa mengatakan, bahwa sebaiknya Habib Rizieq berikap bijak dengan memberi contoh dan tauladan kepada pengikutnya dalam penegakan hukum, Â apalagi membawa nama ulama. (tempo.co.id, Sabtu 20 Mei 2017).
Terkait dengan masalah tenaga kerja asing, yang saat ini menjadi bahan gunjingan di masyarakat dan media sosial, pemerintah perlu menjelaskan secara resmi dan luas tentang keberadaan mereka dan keterlibatan mereka dalam pembangunan di tanah air. Penjelasan ini diikuti dengan sosialisasi secara intensif dan berkesinambungan, sehingga masyarakat luas bisa menerima dengan baik tanpa tendensi yang negatif.
Penutup
Setiap pemimpin memiliki sisi kekuarangan yang rentan untuk diekspos ke masyarakat luas, sebagai sarana untuk mengganjal kepemimpinan dalam menjalankan kebijakan pemerintahan. Dalam membahas kasus di atas, diperlukan kearifan dan kecerdikan ekstra dari seorang Jokowi untuk mengatasi permasalahan yang saat ini sedang menjadi sorotan di dalam masyarakat. Apa lagi jika bisa mengolah permasalahan yang ada menjadi suatu peluang yang bisa menambah kepopuleran Presiden Jokowi saat ini.
Seorang pemimpin yang baik, bukan karena dia bisa bertahan lama di tampuk kekuasaan, bukan karena dia bekerja tanpa permasalahan yang berarti, namun karena dia ditempa oleh berbagai permasalahan yang  ada. Dikondisikan untuk senantiasa "berteman" dengan bahaya dan sandungan yang menyertainya. Hanya itikad baik dan ridlo Tuhan yang benar-benar bisa membuat seorang pemimpin bisa bertahan lama dalam menjalankan pemerintahan sesuai koridor dan bermanfaat bagi kemasyarakatan.
Senin Pahing, 07 Mei 2018
Referensi:
- tirto.id, "Para Politikus di Belakang Layar Gerakan '2019 Ganti Presiden'", 2 Mei 2018
- tirto.id, "Mardani Ali Sera: \#2019GantiPresiden Berpeluang Dukung Jokowi", 7 Mei 2018
- tribunnews.com, "Melanjutkan Proses Hukum Habib Rizieq Dikhawatirkan Memicu Gejolak", Selasa, 23 Mei 2017
- tempo.co.id, "Pendapat Beberapa Ulama tentang Proses Hukum Habib Rizieq", Sabtu 20 Mei 2017
- seword.com/politik/pendapat-beberapa-ulama-tentang-proses-hukum-habib-rizieq
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H