Praktik Baik SDGs di Indonesia
Di Indonesia, pemerintah telah menyusun roadmap SDGs sebagai panduan strategis bagi semua pemangku kepentingan. Kolaborasi sektor publik, swasta, dan masyarakat sangat didorong untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Di sektor industri, PT. Nestl Indonesia mengimplementasikan Biomass Boiler, yang memanfaatkan bahan bakar biomassa dari sisa jerami petani lokal untuk menghasilkan listrik.Â
Teknologi ini mendukung SDG 7: Affordable and Clean Energy dan SDG 12: Responsible Consumption and Production, dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil serta meningkatkan pendapatan petani lokal.
Universitas Airlangga (UNAIR) juga turut berperan dalam mendukung SDGs melalui Smart Farming.Â
Inisiatif ini mengembangkan sistem monitoring berbasis tenaga surya dan Internet of Things (IoT) untuk mengukur kandungan tanah. Teknologi ini dapat meningkatkan hasil pertanian dan mendukung SDG 2: Zero Hunger, sambil mengurangi ketergantungan pada bahan kimia, serta meningkatkan keberlanjutan sektor pertanian.
Beberapa contoh praktik baik ini menggugah semangat bahwa upaya menciptakan kehidupan yang lebih berkelanjutan sudah nyata dan terus bergerak maju.
Kerugian Institusi yang Tidak Menggunakan Payung SDGs
Dengan semakin masifnya adopsi SDGs sebagai kerangka kerjasama, institusi yang tidak mengintegrasikan SDGs dalam tata kelolanya akan kehilangan peluang untuk inovasi dan pembelajaran dari praktik terbaik global.Â
Selain itu, mereka berisiko memberikan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, memperburuk masalah sosial dan lingkungan, serta kehilangan relevansi di tengah perubahan global yang semakin mendesak.
Kerjasama dengan payung SDGs membuka peluang besar bagi institusi untuk berinovasi, meningkatkan reputasi, dan berkontribusi pada keberlanjutan global.Â