Sebagai referensi, kisah-kisah ini dapat ditemukan dalam buku Ratu Adil karya Romo Shindunata.
Contoh lain adalah pemogokan kaum buruh (1917-1926) yang melawan eksploitasi dari pemerintah kolonial Belanda.Â
Puncaknya tentu adalah revolusi nasional Indonesia (1945-1949), yang mengarah pada kemerdekaan Indonesia. Semua gerakan ini menunjukkan bagaimana struktur ekonomi yang tidak adil memperburuk kondisi masyarakat miskin.
Refleksi Kondisi Terkini
"Mereka yang tidak belajar dari sejarah, dikutuk untuk mengulanginya."Â -- George Santayana
Era monopoli pertanian dan industri telah terlewati, kini kita memasuki era digital.Â
Namun, gagasan teori kelas dari Karl Marx tetap relevan. Perbedaan kelas sosial bourgeoisie, proletariat, dan kelas tertindas masih terlihat jelas dalam struktur ekonomi global dan nasional.Â
Dalam era digital, meskipun akses teknologi semakin terbuka, ketimpangan dalam penguasaan teknologi dan sumber daya tetap menciptakan jurang kemiskinan. Ini mengingatkan kita untuk terus mewaspadai kesenjangan ekonomi dan sosial yang dapat semakin lebar.
Sementara itu, dalam perspektif gerakan teologi pembebasan, penting untuk mempertanyakan siapa yang diuntungkan dalam struktur sosial saat ini, dan siapa yang tertinggal.Â
Hal ini menuntut kita untuk mengedepankan perubahan struktural yang berpihak pada rakyat kecil, agar mereka memiliki kesempatan yang setara dalam memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H