Prosesi ini tidak selalu berarti hilangnya pengaruh, tetapi justru sering kali memperkuat kuasa simbolis seorang raja atau pemimpin. Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta, misalnya, menjadi contoh konkret dari lengser keprabon yang justru memperteguh kekuasaannya. Meskipun secara legal formal kekuasaan diserahkan kepada anaknya, beliau tetap dihormati dan menjadi rujukan penting dalam politik dan sosial di Indonesia.
Kita juga bisa melihat contoh modern pada Susilo Bambang Yudhoyono. Meski telah purna sebagai presiden, tulisan-tulisannya dan perannya dalam Partai Demokrat masih memiliki dampak yang signifikan bagi stabilitas sosial-politik Indonesia. Begitu pula dengan Megawati Soekarnoputri, yang hingga kini tetap menjadi tokoh sentral dalam partai berlogo banteng dan terus memenangkan pemilu. Kuasa simbolisnya justru semakin mengakar setelah masa jabatannya sebagai presiden berakhir.
Fakta-fakta ini menunjukkan pola kekuasaan yang tetap bertahan bahkan setelah seseorang "lengser keprabon." Kekuasaan simbolik yang melekat pada figur pemimpin ini sering kali bahkan lebih kuat setelah mereka tidak lagi memegang kendali formal.
Tantangan Masa Kini
Saat ini, Indonesia berada di persimpangan ketika Presiden Joko Widodo akan segera lengser setelah menyelesaikan dua periode jabatannya.Â
Menariknya, tingkat kepuasan publik terhadap beliau mencapai 75 persen menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia modal tingkat popularitas dan dukungan publik yang begitu tinggi, transisi kekuasaan ini dapat menunjukkan bagaimana lengser keprabon di era modern tetap memberi ruang bagi pengaruh simbolis yang kuat, meskipun kekuasaan formal telah diserahkan kepada penerusnya.
Kuasa simbolis dalam sejarah Jawa dan politik Indonesia kontemporer menunjukkan bahwa kekuasaan bukan sekadar soal kendali formal atas jabatan.Â
Melalui lengser keprabon, raja-raja atau pemimpin politik tetap dapat mempertahankan pengaruh yang besar dalam masyarakat, meski mereka sudah menanggalkan tahtanya.Â
Di balik turunnya seorang pemimpin dari panggung formal, sering kali tersisa kekuatan moral dan simbolik yang justru lebih kuat dan berpengaruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H