Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Roasting Sebagai Jalur Baru Political Marketing di Indonesia

1 Oktober 2024   19:54 Diperbarui: 1 Oktober 2024   19:57 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.rmol.id

Dunia digital telah melahirkan berbagai produk inovatif seperti media sosial, marketplace, dan kecerdasan buatan (AI) yang kini menopang kehidupan sehari-hari manusia. 

Di dalam ekosistem digital ini, informasi mengalir cepat dan menjadi bahan baku utama dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam politik. 

Salah satu fenomena yang berkembang dalam dunia politik digital adalah penggunaan humor dan roasting sebagai strategi baru untuk mendekatkan kandidat dengan pemilih.

Dunia digital tak hanya menciptakan ruang baru untuk informasi, tetapi juga membentuk ulang cara kampanye politik dilakukan. 

Kandidat kini memanfaatkan media sosial tidak hanya untuk menyebarkan pesan-pesan politik formal, tetapi juga untuk berinteraksi dengan pemilih melalui humor dan sindiran, atau yang dikenal sebagai roasting. 

Pendekatan ini menjadi jalur baru dalam political marketing, yang lebih santai dan relatable, terutama bagi audiens muda. Roasting memungkinkan politisi menampilkan sisi manusiawi dan merendahkan hati, di mana mereka tidak takut untuk diolok-olok, yang menciptakan keterikatan emosional dengan pemilih. 

Pendekatan ini juga lebih mudah diterima oleh pemilih muda yang terbiasa dengan gaya komunikasi kasual dan satir di media sosial.

Salah satu contoh fenomena roasting yang sempat menjadi sorotan adalah aksi seorang pemuda bernama Aji Pratama yang roasting Fahri Hamzah (kini Politikus Partai Gelora). 

Tren ini kemudian berkembang dan menjangkau tokoh-tokoh politik lainnya, seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, bahkan Muhaimin Iskandar. 

Roasting yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh ini membantu menciptakan citra mereka sebagai figur yang terbuka terhadap kritik dan humor, sehingga popularitas mereka di kalangan pemilih muda meningkat. Para politisi ini berhasil memanfaatkan roasting sebagai alat untuk membangun hubungan yang lebih personal dan memperkuat kehadiran mereka di dunia maya.

Belakangan, tren roasting juga dilakukan oleh calon walikota Surabaya, Eri Cahyadi, melalui akun YouTube Comedy Sunday, serta oleh Bambang Pacul melalui Majelis Lucu Indonesia. 

Kedua tokoh ini menggunakan roasting untuk menampilkan sisi humoris mereka, yang sejalan dengan kebutuhan untuk mendekatkan diri dengan pemilih, terutama generasi milenial dan Gen Z. 

Dengan semakin populernya media sosial sebagai platform politik, roasting menjadi salah satu strategi yang efektif untuk membuat politisi terlihat lebih down to earth dan relevan dengan pemilih yang lebih muda.

Laiknya bisnis produk yang harus selalu memahami kebutuhan konsumen, political marketing tentu wajib mengadopsi kebaruan-kebaruan teknologi dan tren zaman untuk tetap dapat relevan dengan kebutuhan konstituen. 

Memahami kebutuhan konstituen berarti memahami kebutuhan konsumen, ketika konsumen terpenuhi kebutuhannya, praktis menjadi konsumen loyal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun