Maka barangtentu narasi Ramayana memiliki tempat khusus dalam ingatan kolektif Masyarakat di kedua pulau tersebut.
Tari Kecak
Mengutip detik.com (2024), Tari Kecak pertama kali diciptakan oleh dua tokoh, yaitu Wayan Limbak, seorang penari asal Bali, dan Walter Spies, seorang pelukis dari Jerman.Â
Tari Kecak, yang terinspirasi dari tradisi Sanghyang, pertama kali dibuat pada tahun 1930-an. Tarian yang berjenis sendratari yakni tari yang bercerita, baik tari itu dilakukan oleh seorang penari maupun oleh beberapa orang penari (Soeharso, 1970).Â
Gerakan tarian ini monoton dari awal sampai akhir, tanpa variasi. Penari duduk melingkar dan menggerakkan tangan di atas kepala. Mereka mengenakan busana sederhana: kain sebagai celana pendek dan penutup kepala, tanpa baju atasan. Gerakan tangan di atas melambangkan lidah api yang menyala. Tarian ini diiringi bunyi dari mulut para penari, yaitu "cak-cak-cak" yang diucapkan dengan tegas dan berulang.
Salah satu tempat di Bali yang menggelar tari kecak adalah Pantai Melasti.Â
Nama Pantai Melasti berasal dari kata "Melasti," yang merujuk kepada ritual penyucian yang dilakukan oleh penduduk Bali untuk menyambut hari raya Nyepi.
Kisah Ramayana yang ditampilkan secara apik di tempat yang dianggap suci menjadikan kita harus berefleksi tentang makna Rahwana yang dianggap jahat, Rama yang dianggap baik, dan sinta yang menjadi korban. Cinta adalah suci, dan pemahaman ini dapat diterima secara universal.Â
Pertanyaanya adalah cinta ramakah yang suci, cinta sintakah yang suci atau bahkan api cinta Rahwana yang suci?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H