Pengalaman manusia adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya baik itu saat menyakitkan maupun saat membahagiakan.Â
Umumnya jika manusia mengalami pengalaman membahagiakan maka cenderung untuk ingin mengalaminya secara berulang-ulang.Â
Hal ini seperti pendapat Santoso (2013) yang memahami kecenderungan keinginan untuk mengulang disebut dengan istilah kecanduan yang berasal dari kata candu yang artinya sesuatu yang membuat seseorang ingin melakukannya secara terus menerus.Â
Lebih jauh, filsuf panutan kaum sosialis dunia Karl Marx pernah menuturkan jika objek "candu" dimanfaatkan oleh kelas penguasa untuk memberikan harapan palsu bagi kelas buruh, tetapi di lain pihak, ia juga memandangnya sebagai bentuk protes kelas buruh terhadap keadaan ekonomi mereka yang buruk.Â
Lantas dalam konteks itukah buku, kopi, dan kretek ditempatkan?Â
Tentu tidak, buku, kopi, dan kretek memang berpotensi untuk menjadikan Anda mengalami gangguan tidur dan ketergantungan.Â
Namun, ternyata ada pula rahasia yang tak semua orang tahu dan dapat menikmatinya.Â
Sederhana saja, membaca buku menjadikan kita lebih tahu tentang ruang yang tak banyak orang mampu menjangkau sehingga kita cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan karena merujuk konsekwensi peristiwa-peristiwa yang telah kita cecap dari dalam buku sehingga memperbesar kans pemilihan keputusan yang tepat.Â
Kopi dan kretek ternyata mampu menekan emosi negatif agar tak terucap kata-kata yang berpotensi dapat melukai hati manusia sekitar, baik keluarga, tetangga, maupun pasangan karena ada efek menenangkan dalam aroma dan asap kopi dan kretek.Â
Tentu Anda boleh membantah saya dengan dalil kesehatan, dalil ekonomis, dan dalil-dalil sebayanya.Â