Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ramai di KTT ASEAN, Apa Itu Energi Hijau?

7 September 2023   21:03 Diperbarui: 7 September 2023   21:06 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan palu ke Perdana Menteri (PM) Laos Sonexay Siphandone yang menandakan ditutupnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di Jakarta (5-7/9/2023). 

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menegaskan pentingnya perdamaian yang membuat ASEAN dan dunia menjadi tempat yang lebih baik. 

"Mari kita kukuhkan kawasan Indo-Pasifik sebagai teater perdamaian dan inklusivitas. Ini adalah fondasi kunci yang akan mengantarkan ASEAN ke masa depan lebih baik untuk rakyat dan untuk dunia. Inilah esensi yang dibangun oleh kepemimpinan Indonesia menjadikan ASEAN Matters sebagai Epicentrum of Growth," terang Jokowi, dikutip dari www.cnbcindo.com. 

Selain Jokowi, Bos BUMN, Erick Thohir turut hadir dan memaparkan blue print BUMN tahun 2024-2034 yang menyoroti pentingnya energi hijau. 

"Salah satunya menjadi pelopor ekonomi hijau. Karena tidak mungkin kita membicarakan industri di Indonesia tanpa ada energi hijau," ujarnya di JCC Jakarta, Kamis (7/9/2023). 

Semangat pemerintah Indonesia dalam mengawal transformasi energi hijau terpotret jelas dalam pernyataan-pernyataan kedua pejabat tersebut. 

Gaung energi hijau memang telah masuk ke kampus-kampus, kantor-kantor, sekolah-sekolah, bahkan ke warung kopi. Namun belum banyak yang tahu apa sebenarnya energi hijau. 

Melansir www.twiglobal.com (2023), energi hijau adalah segala jenis energi yang dihasilkan dari sumber daya alam, seperti sinar matahari, angin, atau air. Energi hijau kerap kali tertukar definisinya dengan energi bersih dan energi terbarukan. 

Lantas, apa sih perbedaan dari ketiganya? 

Secara sederhana, energi hijau adalah energi yang berasal dari sumber alami, seperti angin, air, dan matahari. 

Energi bersih adalah jenis energi yang tidak melepaskan polutan ke udara, dan energi terbarukan berasal dari sumber yang terus diperbarui, seperti tenaga air, tenaga angin, atau energi matahari.

Orang-orang semakin sadar akan pentingnya energi hijau, bersih, dan sekaligus terbarukan ketika beberapa waktu yang lalu ramai di media sosial tentang masalah polusi udara parah di Tangerang Selatan, Jakarta, dan beberapa daerah lainnya.

Energi hijau kini dianggap sebagai "senjata pamungkas" pemerintah Indonesia untuk mengatasi berbagai masalah yang mengancam Indonesia. 

Meski demikian, senjata pamungkas pemerintah ini masih perlu diuji dan dibuktikan keampuhannya secara nyata. 

Pasalnya, dalam sebuah laporan CNBC Indonesia Research (2023) menyoroti setidaknya ada 5 tantangan yang harus ditaklukkan Indonesia dan ASEAN untuk mencapai transisi energi. 

Pertama, sulitnya mendapatkan pendanaan untuk proyek energi bersih. Dana ini sangat penting untuk memulai proyek-proyek besar energi terbarukan di ASEAN. Meskipun kita punya peluang finansial sekitar US$3 triliun antara 2016 dan 2030, namun proyek-proyek energi bersih yang diambil di ASEAN hanya mendapatkan dana sekitar US$13,4 miliar antara tahun 2013 dan 2019, yang hanyalah sekitar 0,45% dari peluang yang ada. 

Kedua, adanya perbedaan prioritas di antara negara-negara ASEAN. Beberapa negara lebih cepat dalam membuat kebijakan yang mendukung energi bersih dibandingkan yang lain. Tanpa kebijakan publik yang kuat, sulit untuk mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan energi bersih. 

Ketiga, beberapa negara ASEAN masih menggunakan banyak uang untuk subsidi bahan bakar fosil seperti minyak dan gas. Ini membuat energi bersih menjadi mahal dan menghambat pertumbuhannya. Juga, uang yang digunakan untuk subsidi ini bisa digunakan untuk proyek energi bersih atau keperluan lainnya. 

Keempat, dibutuhkan peningkatan jaringan listrik agar bisa mendukung penggunaan energi bersih. Jaringan listrik adalah kunci untuk mengalirkan energi bersih ke rumah dan industri. Dalam upaya menuju energi bersih, kita harus memastikan bahwa jaringan listrik bisa mengatasi lonjakan permintaan dan mengelola sumber energi yang bervariasi. 

Kelima, dibutuhkan upaya konkret untuk mendukung komunitas yang mungkin terkena dampak dari perubahan ini. Uni Eropa punya Mekanisme Transisi yang Adil yang membantu komunitas yang mungkin terdampak oleh perubahan ini. ASEAN bisa mempertimbangkan hal serupa untuk membantu komunitas-komunitas di kawasan ini. 

Energi hijau bukan hanya sekadar tren, tetapi juga merupakan kunci untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan bagi ASEAN dan dunia. Semoga hasil KTT ini menjadi langkah awal yang berarti menuju transformasi energi yang lebih hijau dan ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun