Namun, ketertarikan Belanda terhadap keindahan dan kesuburan tanah Jawa serta Sumatera mengakibatkan mereka membawa tanaman teh ke Batavia (Jawa) pada abad ke-17, sekitar tahun 1600-an, melalui Pantai Sukabumi.
Di Batavia, tanaman teh mulai ditanam, yang kemudian sesuai dengan ajaran bangsa India, sangat cocok untuk dikembangkan di Jawa Barat. Pada abad yang sama, didirikan 131 perkebunan teh di Jawa Barat. Di Sumatera Selatan, juga berkembang perkebunan teh pada abad yang sama, meskipun jumlahnya tidak sebanyak di Jawa Barat (kumparan.com, 2021).Â
Lantas bagaimana es teh mampu menjadi kasta pertama minuman dingin di Indonesia? Tentu muncul berbagai asumsi dari berbagai pihak baik peneliti, maupun masyarakat pada umumnya tentang fenomena menyerang es teh ini.Â
Dalam penelusuran penulis, setidaknya empat hal yang mendukung es teh begitu mudah diterima di Indonesia.Â
1) Ketersediaan dan Aksesibilitas:Â
Setelah diperkenalkan oleh Belanda, teh menjadi salah satu komoditas yang banyak diproduksi di Indonesia. Perkebunan teh tersebar di berbagai daerah, sehingga teh menjadi lebih mudah didapatkan dan lebih terjangkau bagi masyarakat. Hal ini menjadikan es teh populer dan mudah ditemukan di berbagai tempat, mulai dari warung pinggir jalan hingga restoran mewah.
2) Adaptasi dengan Selera Lokal:Â
Meskipun teh diperkenalkan oleh Belanda, masyarakat Indonesia mengadaptasi minuman ini sesuai dengan selera lokal. Teh yang sebelumnya dihidangkan panas, kemudian diubah menjadi minuman dingin dengan penambahan es batu. Selain itu, teh sering disajikan dengan tambahan gula atau pemanis lainnya sesuai dengan preferensi rasa manis masyarakat Indonesia.
3) Cocok untuk Iklim Tropis:Â
Di Indonesia yang memiliki iklim tropis, es teh menjadi minuman yang cocok untuk menghilangkan dahaga dan memberikan sensasi kesegaran. Hal ini membuat es teh menjadi pilihan minuman yang populer di kalangan masyarakat Indonesia.
4) Varian Rasa yang Beragam:Â