Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haji Terakhir, Mengenang Tokoh-Tokoh Indonesia yang Meninggal di Tanah Suci

7 Juni 2023   09:43 Diperbarui: 7 Juni 2023   10:00 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haji, sebagai salah satu rukun Islam, merupakan ibadah yang melibatkan kunjungan atau ziarah ke Baitullah (Ka'bah) dengan niat ibadah semata kepada Allah SWT. Ibadah haji dilaksanakan dalam waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan dalam syariat Islam (kemenag.go.id, 2019). 

Ali Syariati, seorang filusuf Iran, dalam bukunya "Makna Haji" (2019), memberikan pemahaman bahwa haji mencerminkan kepulangan manusia kepada Allah yang mutlak, yang tak terbatas, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya. 

Ia melihat ritual-ritual manasik dalam ibadah haji sebagai proses simbolik yang kaya makna, yang bertujuan untuk menyadarkan jamaah haji agar kembali kepada jati diri dan fitrah kemanusiannya yang telah diciptakan oleh Allah. Sehingga, haji menjadi sebuah ibadah yang diidamkan oleh umat Muslim di seluruh dunia.

Menurut laporan Kumparan.com (2022), dari tahun 2007 hingga 2019, Indonesia telah berhasil mengirimkan lebih dari 1.776.005 jemaah haji ke tanah suci Makkah. Pada tahun 2019, sebelum terjadi pandemi, jumlah pemberangkatan haji mencapai angka tertinggi, yakni 229.163 jemaah.

Namun, terdapat periode penurunan signifikan jumlah jemaah haji Indonesia antara tahun 2013 dan 2016. Pada periode tersebut, hanya sekitar 150.000 orang jemaah haji Indonesia yang berangkat. Penurunan ini disebabkan oleh pengurangan kuota haji yang dilakukan oleh Arab Saudi akibat adanya proyek ekspansi Masjidil Haram.

Namun, tidak hanya jumlah jemaah haji yang menarik perhatian, tetapi juga kisah-kisah inspiratif tentang tokoh-tokoh Indonesia yang meninggal dunia di Tanah Suci ketika sedang menjalankan ibadah haji. Berikut adalah tiga tokoh Indonesia yang meninggal dunia di Tanah Suci:

sumber gambar: www.gramedia.com
sumber gambar: www.gramedia.com

1. Bung Tomo (Sutomo), yang lebih dikenal dengan panggilan "Bung Tomo," adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang terkenal karena keberanian dan kemampuannya dalam menggerakkan massa dalam peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. 

Salah satu orasinya yang fenomenal, "merdeka atau mati," masih diingat oleh generasi muda Indonesia hingga saat ini. 

Bung Tomo lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920 dan meninggal dunia di padang Arafah pada tanggal 7 Oktober 1981 ketika sedang menunaikan ibadah haji (tribunnews.com, 2022). Meskipun umumnya muslim yang meninggal di Tanah Suci akan dimakamkan di sana, jenazah Bung Tomo dibawa pulang ke tanah air.

sumber gambar : www.tvonenews.com
sumber gambar : www.tvonenews.com

2. KH Maimun Zubair , yang dikenal dengan sapaan akrab Mbah Moen, adalah seorang ahli fikih yang memiliki pengaruh positif dalam organisasi keagamaan maupun dunia politik. Ia merupakan pimpinan pondok pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah. 

Mbah Moen dikenang dengan pesannya yang menganjurkan dakwah yang damai dan tidak mengintimidasi. Ia menyadari bahwa kondisi saat ini berbeda dengan masa perang sebelum kemerdekaan.

Mbah Moen lahir di Rembang pada tanggal 28 Oktober 1928 dan meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2019 ketika sedang menjalankan ibadah haji di Makkah, Arab Saudi.

Sumber gambar: www.nu.or.id
Sumber gambar: www.nu.or.id

3. Subhan Zaenuri Echsan, atau lebih dikenal dengan nama Subhan ZE, adalah seorang tokoh muda NU yang sangat populer pada masanya. Ia memiliki kepemimpinan yang kuat dan berhasil menggerakkan organisasi pemuda seperti HMI, GMNI, dan PMKRI setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI melalui Komando Aksi Pengganyangan (KAP) Gestapu yang dipimpinnya.

Subhan ZE juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPRS pada tahun 1966. Meskipun di kemudian hari Subhan ZE menjadi salah satu pengkritik terbesar terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Salah satu kritik yang diutarakan adalah penundaan pemilu oleh pemerintah (nuonline, 2019).

Subhan ZE lahir di Kepanjen, Malang Selatan pada tanggal 22 Mei 1931 dan meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 1973 di Arab Saudi saat sedang menjalankan ibadah haji dan melakukan ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Ia kemudian dimakamkan di sana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun