Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tiga Tingkatan Filosofi Hidup Orang Jawa

14 Mei 2023   13:54 Diperbarui: 14 Mei 2023   14:00 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bangsa di dunia memiliki ciri yang menggambarkan representasi dari bangsa tersebut. Ciri ini dapat dirujuk dari Bahasa, bentuk fisik, warna kulit, dan alam pikir (falsafah) nya. Begitupun Bangsa Jawa sebagai salah satu bangsa yang menurut Babat Tanah Jawi sebagai cucu dari nabi syist memiliki kecenderungan berpikir (falsafah) hidup yang unik.

Dalam budaya tutur masyarakat, Filosofi hidup Orang Jawa yang sangat populer adalah tentang tiga derajat dalam hidup. Setiap tingkatan derajat hidup melambangkan sebuah tingkat pencapaian yang harus diraih dengan prinsip hidup yang priatin. Adapun ketiga tingkatan tersebut adalah:

Pertama, Kasekten, merupakan anugerah yang dimiliki oleh seseorang  yang menunjukkan bahwa dirinya lebih unggul disbanding dengan orang lain (liyan). Anugerah ini bisa berupa kepintaran, kejadugan, kekayaan, dan jabatan. 

Kedua, Kamukten, merupakan pengelolaan anugerah yang dimiliki yang dimanfaatkan secara positif, maka akan mendapat gelar "Mukti" atau secera sederhana menebarkan manfaat kepada banyak orang dengan modal anugerah yang dimiliki. 

Dan ketiga, Kamulyan, merupakan puncak dari derajat hidup orang jawa, yakni mengimplementasikan kasekten, kamukten, yang tujuannya disandarkan kepada kepada Allah.swt.

Masing-masing derajat adalah cerminan kesadaran spiritual bagi manusia. Kasekten di identikkan dengan kemampuan dan kelebihan, Kamukten mencerminkan kebijaksanaan dan kemampuan membantu sesama, sedangkan Kamulyan merupakan upaya untuk selalu terhubung dari seorang Kawula dengan Gusti Allah Yang Maha Esa. Kesadaran spiritual menjadi penting dipelajari pada era modern ini, hal ini bukan tanpa sebab. Pandemi Covid -19 yang merenggut jutaan nyawa manusia di dunia yang lalu membuktikan bahwa kemampuan manusia dalam menangani kehendak Allah sangatlah lemah.

Tidak semua orang mampu mencapai derajat kamulyan. Namun falsafah ini mampu menjadi sebuah panduan hidup yang positif bagi seluruh umat manusia khususnya orang jawa. Dengan mawas diri maka kita sendiri mampu mengidentifikasi pada derajat mankah sebenarnya kita sedang berada saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun