Jangan dibayangkan dengan Jakarta yang penuh sesak, Kota Amsterdam, menurut kami nyaman untuk ditinggali dengan jumlah penduduk yang sedikit. Tetapi, meski penduduknya sedikit, mereka berasal dari berbagai daerah di dunia, terutama dari negara bekas jajahan Belanda seperti Suriname atau Indonesia.
Belanda memiliki sejarah panjang dengan negara Indonesia. Dengan demikian, banyak sekali bahasa Indonesia yang memiliki persamaan arti dengan bahasa Belanda. Kata-kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti sama dengan bahasa Belanda contohnya adalah tas, gratis, docent untuk dosen, kantoor yang artinya kantor, dan banyak lagi.Â
Disamping itu, 95% warga Belanda pun fasih menggunakan bahasa Inggris dan menjadi bahasa kedua mereka, sehingga tidak perlu bingung menjalin komunikasi dengan orang lokal.Â
Warung makan Indonesia pun pun juga banyak ditemui di kota ini, tentu saja dengan penjual dari Indonesia dan mempekerjakan pendatang dari negara lain seperti orang Afrika. Makan siang kami waktu di Amsterdam adalah di RM.Â
Boenda bersama Bu Yayah yang asli Betawi melayani kami dengan menu-menu khas Indonesia seperti rendang, tempe, pecel, dan lain-lainnya.
Prostitusi dan perkawinan sesame jenis dilegalkan di Belanda. Tak aneh, ketika kami berkeliling di kota ini, kami ditunjukkan daerah "remang-remang" yang menjadi tempat portitusi legal di Amsterdam: red light district. Red light district adalah daerah tempat prostitusi di Belanda, yang sudah terkenal di dunia sejak abad ke-14.Â
Entah bagaimana sejarah dinamakannya kawasan ini sebagai red light district, bisa jadi dikarenakan sinar lampu berwarna merah semarak yang dominan terlihat di malam hari di sepanjang kawasan ini. Lokasi red light district terletak tidak jauh dari pusat keramaian Dam Square.Â
Di area yang terletak di bagian selatan kota Amsterdam ini terdapat banyak  toko/sex museum, coffee shop, restaurant, bar dan juga lebih dari 250 jendela-jendela yang mempertunjukan gadis-gadis sexy dengan lingerie (pakaian dalam). Gadis-gadis ini dipamerkan dibalik pintu kaca yang disinari lampu merah.
Kota Amsterdam yang terbelah menjadi dua oleh kanal (Sungai Amstel) ini memang rupanya sangat terkenal dengan kawasan red light district-nya.Â
JIka kita menggunakan kapal boat mengarungi kanal ini, kita akan melihat dua jalur red light district di sepanjang jalur tersebut yang dipenuhi oleh para pengunjung-pengunjung penasaran.Â
Di kawasan yang disebut Rossebuurt (red light district) inilah kita bisa menemukan seluruh euforia kebebasan negeri Belanda. Cukup untuk berjalan kaki di sepanjang jalan Oudezijds Achterburgwal, maka akan ada banyak sekali bisnis "haram" yang bisa kita lihat. Mulai dari bar untuk para gay, bisnis prostitusi, dan legalitas untuk mempergunakan cannabis/marijuana (ganja/cimeng).