Mohon tunggu...
Mohammad Masad Masrur
Mohammad Masad Masrur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana USAHID

Pernah kuliah di Fakultas Teknik, tetapi beraktifitas di Organisasi Ekstrakampus dan Wartawan Kampus. Setelah menyelesaikan S-2 Ilmu Politik di FISIP Universitas Indonesia, kini belajar lagi Ilmu Komunikasi di Universitas Sahid Jakarta. Kompasiana diperlukan untuk melepaskan beban pikiran, karena hanya dengan menulis beban itu akan berkurang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Don Quixote de la Mancha

19 Februari 2017   11:54 Diperbarui: 19 Februari 2017   12:10 4440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesudah merasa lengkap, mulailah imaji petualangan Don Quixote yang penuh keberanian, konyol dan satir, namun tetap menyentuh nurani para pembacanya: petualangan Don Quixote de La Mancha. Salah satu adegan yang paling menarik bagi saya adalah, saat Sancho Panza mengatakan pada Don Quixote yang salah mengira bahwa kincir angin adalah raksasa jahat: “maaf beribu maaf tuan, namun yang anda hadapi sebagai raksasa itu hanyalah kincir angin tua milik seorang petani lokal tuan”. 

Namun perkataan yang penuh dengan realitas itu tidak digubris oleh Don Quixote, dan dia tetap menyerang “raksasa jahat” kincir angin itu, hasilnya jelas babak belur dan memalukan bagi seorang bangsawan, tapi toh Sancho Panza tetap manut kepada tuannya. Adegan lain adalah saat ia memaksa para pedagang pasar untuk percaya bahwa kekasihnya Dulcinia de Toboso itu maha cantik luar biasa, meski para pedagang itu belum pernah dan tidak akan pernah bertemu dengan wanita itu, Don Quixote memaksa mereka untuk mempercayai, mengakui bahkan bersumpah mengenai hal tersebut, Dulcinia yang tercantik, mahadewi, pengejewantahan cahaya Tuhan itu sendiri.

Jika kita, sebagai pembaca novel ini masuk dalam cerita, kita boleh percaya boleh juga tidak terhadap khayalan Don Quixote: jika kita tidak percaya padanya, kita akan ditertawakan orang karena ternyata para bangsawan kerajaan justru amat percaya dengan Don Quixote. Don Quixote justru dianggap sebagai tauladan bagi ksatria kerajaan, dan benar-benar lengkap ketika Don Quixote mendapat gelar “Don” dari raja.

Kagum terhadap cerita karya Miguel de Cervantes ini, banyak analis membaca bahwa Cervantes yang gila membaca sejak kecil itu berpikir dari orang yang telah membentuk realitas dari bacaannya. Tiap kali ia gagal, ia tidak lantas mencari realitas yang berlaku pada dunia ini, tetapi mencari jawaban dan berlari ke buku. Konyol memang, tetapi dapat dilihat betapa dahsyatnya daya khayal suatu bacaan. Terbukti Don Quixote yang gila membaca dan sebenarnya merupakan jelmaan dari pengarangnya sendiri (Miguel de Cervantes) mampu “menyihir” seluruh rakyat dan bangsawan kerajaannya: mengakui khayalannya sebagai seorang Don.

Dan melalui novel ini pula, Miguel de Cervantes, juga berhasil memaksa pembaca novelnya dan menjadikannya sebagai 100 buku yang mempengaruhi dunia. Jadi, Miguel de Cervantes bukan hanya mampu mempengaruhi seluruh warga kerajaan sebagaimana diceritakannya dalam novel Don Quixote, tetapi juga dunia. 

Memang, jika ingin mengubah dunia, upaya itu harus kita mulai dengan mengubah pikiran sendiri. Bagaimana kita mengubah pikiran kita dengan membaca. Itulah pesan dari kisah Don Quixote, karikatur seorang yang gila baca dan memiliki dunia dengan bacaannya. Sisi satirnya, kisah ini menceritakan orang yang tidak bisa mendapatkan keinginannya, daripada menerima kenyataan lewat logika, kenapa tidak membentuk kenyataan melalui imajinasi. Judul album Gun’s N Roses, “Use Your Illusions”, berpesan: jangan terperangkap pada realitas.

**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun