Mohon tunggu...
Masa Ulina
Masa Ulina Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog di Bandung

alumni Fakultas Psikologi di Universitas Kristen Maranatha Bandung

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Merawat Anggota Keluarga ODGJ Pasca Rehabilitasi Mental

11 Maret 2023   00:45 Diperbarui: 11 Maret 2023   21:17 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ODGJ (Sumber: shutterstock)

Sejak jaman dahulu kala hingga saat ini fenomena ODGJ masih tetap ada, perkembangan ilmu kejiwaan semakin baik merupakan hal positif yang menolong keluarga ODGJ dan pengidap sendiri lebih tertolong. 

Ketika masa pandemi melanda dunia, semua terkena dampak dalam berbagai aspek dan lapisan masyarakat. Termasuk para penyandang ODGJ, juga menimbulkan keresahan tertentu di masyarakat, karena mereka tanpa menggunakan masker.

Adakalanya dalam keluarga salah satu anggota keluarga mengalami kebutuhan untuk menjalani rehabilitasi mental berkaitan dengan ganggguan mental yang dialami. 

Rehabilitasi mental dapat dilakukan di rumah sakit khusus penanganan masalah kejiwaan, tempat rehabilitasi mental yang umumnya diselenggarakan berkaitan dengan bimbingan keagamaan. Indikator kesehatan secara utuh mencakup kesehatan jiwa, sebagaimana tercantum dalam program Indonesia sehat yang dicanangkan oleh pemerintah (UU Kesehatan Jiwa no 18 tahun 2014). 

Dimana upaya pemerintah tidak hanya untuk memulihkan kondisi ODGJ namun ke arah upaya preventif, untuk itu perlu adaya pengetahuan pencegahan ganggguan jiwa di masyarakat, khususnya di keluarga. 

Pada umumnya, dalam waktu tertentu para penyintas ODGJ ini ada waktunya akan kembali ke lingkungan keluarganya masing-masing. 

Kesiapan anggota keluarga menerima mereka kembali dan pengetahuan keluarga tentang kondisi ODGJ menunjang pemulihan kesehatan mental mereka. 

Ada dua situasi umumnya terjadi di masyarakat yang memiliki anggota keluarga ODGJ. Pertama, tidak memahami dan tidak mengetahui bagaimana upaya mencegah kekambuhan ODGJ. Kedua, kurang mempunyai informasi tentang gangguan jiwa (Anggraini, 2020).

Tantangan lain dalam upaya pemulihan ODGJ ketika kembali ke rumah adalah stigma yang melekat di masyarakat. Dimana masyarakat di lingkungan ODGJ belum memiliki pengetahuan faktor predisposisi pada gangguan jiwa, anggapan tradisional bahwa orang mengalami gangguan jiwa berkaitan dengan roh jahat dan sejenisnya dan adanya rasa jijik pada ODGJ berkaitan dengan kebersihan diri ODGJ. 

Adanya pengalaman negatif masyarakat pada saat ODGJ mengalami gaduh gelisah, menimbulkan kekhawatiran tersendiri di masyarakat. Bahkan OGDJ sendiri berpeluang memberi stigma negatif ke diri mereka sendiri, dengan sebutan masyarakat kepada dirinya, menambahkan rasa tersingkirkan dari lingkungan sosial (Rosyidul, dkk 2021).

Sekalipun anggota keluarga sudah menjalani perawatan di rumah sakit khusus, bukan berarti segalanya akan selesai. Perawatan terhadap ODGJ masih tetap berlanjut. 

Umumnya kesulitan yang dihadapi keluarga selain masalah ekonomi adalah kesulitan menghadapi kondisi emosi pasien yang tidak stabil dan pasien tidak mau makan obat. 

Untuk itu keluarga perlu memahami hal-hal yang dapat dilakukan di rumah, melanjutkan perawatan yang telah diberikan oleh tenaga medis di rumah sakit. 

Hal-hal yang dapat dilakukan melanjutkan pengasuhan atau perawatan untuk ODGJ di rumah antara lain:

1. Menolong ODGJ untuk tetap mau melakukan aktifitas yang berkaitan dengan kebersihan diri dan lingkungan dia tinggal, seperti mandi, berganti pakaian, membersihkan kamar tidurnya, dll.

2. Mengingatkan dan menolong untuk tetap mengkonsumsi obat yang sudah diberikan oleh dokter. Jika diperlukan dengan membujuk dan memberikan pengertian berkaitan kerap pasien ODGJ menolak mengkonsumsi obat yang disarankan.

3. Dalam penelitian oleh Fadli & Mitra (2013) mendapatkan hasil tentang cara pemberian perawatan yang dilakukan oleh keluarga, direkomendasikan untuk tidak menghadapi penderita dengan kasar, karena bisa menyebabkan kondisi penderita makin buruk. Cara perawatan yang diberikan oleh keluarga dalam penelitian ini adalah harus dengan pelan tidak boleh kasar yang berarti haruslah dengan kelembutan.

4. Setiap keluarga yang menjadi caregiver bagi ODGJ berpeluang mengalami stres sehingga untuk mengurangi dampak stres karena kurangnya pengetahuan tentang merawat ODGJ. Untuk itu disarakan untuk mengikuti aktifitas psikoedukasi yang diselenggarakan oleh rumah sakit atau lembaga rehabilitasi mental. 

Tujuan Psikoedukasi pada keluarga adalah pemberian informasi perawatan kesehatan mental untuk membantu keluarga mereka (Varcarolis & Halter, 2010). 

Harapan dalam melakukan psikoedukasi pada keluarga adalah adanya peningkatan pemahaman secara kognitif (pengetahuan) tentang penyakit gangguan jiwa, mengajarkan teknikyang dapat membantu anggota keluarga untuk mengetahui gejala gangguan jiwa. Selain itu juga mendapatkan pengetahuan bagaimana mengelola stres dalam merawat anggota keluarga ODGJ.

Merawat anggota keluarga ODGJ memiliki kisah tersendiri yang jika disikapi dengan tulus dan ikhlas merupakan sikap hati yang dapat dirasakan oleh hati juga.

Semoga dengan ketulusan kita merawat mereka, menyentuh hati ODGJ yang bisa menyemangati mereka untuk bangkit dari kondisi mereka. Bisa jadi dengan kasih sayang yang terasa oleh mereka menjadi berkat tersendiri saat merawat ODGJ.

Daftar Pustaka

  • Anggaraini. N., Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Terhadap Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dalam mencegah Kekambuhan Orang Dengan Ganggua Jiwa (ODGJ), Seminar Nasional Keperawatan "Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif pada Era Normal Baru "  tahun 2020. Palembang
  • Fadli, S. M., & Mitra, M. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Kesmas: National Public Health Journal, 7(10),466-470.
  • Krupchanka, D., Chrtkov, D., Vtkov, M., Munzel, D., ihaov, M., Rikov, T., Winkler, P., Janoukov, M.,
  • Albanese, E., & Sartorius, N. (2018). Experience of stigma and discrimination in families of persons with schizophrenia  in the Czech Republic.Social Science & Medicine,212, 129--135. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2018.07.015
  • Mengenal PIS-PK : Integrasi Multi Program Untuk Mewujudkan Keluarga Sehat.(2018). Diunduh pada 03 Februari 2019 [Online]. https://dinkes.inhukab.go.id/?p=4730
  • Mislianti, Dhiny Easter Yanti, Nurhalina Sari, Kesulitan Keluarga Dalam Merawat Orang Dengan Gangguan JIwa Di Wilayah Puskesmas Kesumadadi Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020, Journal Ilmu Kesehatan Masyarakat Indonesia (JIKMI) Vol.2, Nomor 1, April 2021, Lampung
  • Rosyidul,M.,  Fikri.,Z , Muhammad Ari Arfianto, M., A.,  Nazarudin, A., Putri, I.,O.,S.,  Stigma Keluarga Dalam Merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa Dirumah, Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Volume 9 No 3 Hal 637 - 644, Agustus 2021, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090, 2021, Semarang
  • Varcarolis, E.M. & Halter, M.J. (2010).Foundation of: psychiatric mental health nursing: a clinical approach.6 th Edition. New York: Sounders

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun