Banjir tiga hingga lima hari belakangan ini, menenggelamkan dan merendam jalan, kendaraan, bangunan sampai hewan ternak dan sawah di banyak wilayah negara kita. Pulau Sulawesi dan Jawa kebagian tanah longsor, banjir dan hujan lebat. Sementara itu Sumatera kebagian lumpur, lahar dan abu vulkanik pekat.
TNI, Polri, BNPB, BPBD, Damkar, Mahasiswa, Pelajar, Relawan, Pemerintah Daerah dan Pusat beserta seluruh lapisan masyarakat, bahu membahu saling bantu untuk setidaknya mengevakuasi pengungsi dan mengamankan lokasi. Para awak media menyampaikan reportase, sebagian yang lain di studio bersama dengan  Pejabat, Pengamat, Politisi, Peneliti dan Pemerhati berdiskusi menjelaskan langkah-langkah yang sudah dan akan diambil serta menyumbang pikiran untuk mencari solusi. Tidak ketinggalan penulis di media online dan sosmed menyuguhkan opini dengan berbagai ekspresi. Ada yang "teduh" menuturkan apa yang harus kita perbuat, ada yang tulisannya seperti ingin "meremas" karena gemas dan ada juga caci maki berapi-api. Tidak ada yang salah. Semua bisa dilihat dari sisi kemanusiaan bahwa sesungguhnya Mereka......Peduli.
Seperti kita ketahui bersama, banjir juga melumpuhkan sarana / prasarana transportasi. Sejauh ini sepeda motor dianggap dan kenyataannya memang menjadi alat transportasi paling murah yang merupakan andalan bagi mobilitas sebagian besar "orang kecil". Cara untuk memilikinya pun kadang bisa dibilang cukup ekstrim, cenderung agak dipaksakan. Harus membeli secara kredit meski dengan mengencangkan ikat pinggang hingga perutnya rapat terbentuk seperti bungkusan nasi Padang. Ironis, tapi memang tidak ada lagi pilihan. Dan ratusan ribu di antara mereka, kini harus menerima kenyataan sepeda motornya "dimakan" banjir hingga menimbulkan kerusakan. Ibaratnya sudah jatuh, tertimpah anak tetangga.
Memang untuk yang masuk kategori "terendam", sepertinya tidak akan merusak komponen-komponen krusial walaupun bila tidak ditangani secara benar, bisa saja berakibat fatal. Tapi untuk yang masuk kategori "tenggelam", pastinya membutuhkan penanganan mekanik berpengalaman. Di sinilah dibutuhkan dukungan dari produsen sepeda motor dengan gerai penjualan dan perawatan atau bengkel resmi yang tersebar di seluruh wilayah. Sekarang saatnya  produsen sepeda motor peduli dengan "nasabah".
Tidak perlulah kita mengungkap data sudah berapa juta unit sepeda motor terjual di Indonesia sejak puluhan tahun silam. Juga tidak bermaksud menghitung sudah berapa triliun Mereka untung atau rugi. Kita sedang berbicara tentang kemungkinan dan kepedulian. Betapa akan sedikit terobati kepedihan ratusan ribu orang karena sepeda motornya rusak akibat terendam atau tenggelam, kemudian muncul khabar baik dari produsen bahwa ada "program khusus" untuk perbaikan sepeda motor korban banjir. Mungkinkah? Tidak ada salahnya berprasangka baik.
Terima Kasih sudah berkenan membaca dan berkomentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H