Liverpool kembali meneruskan tren kemenangannya. Setelah mengggilas Arsenal dengan skor 5-1, kini anak asuhan Rodgers membekuk Fulham di Craven Cottages. Sempat tertinggal dua kali, The Reds akhirnya pulang dengan kemenangan 3-2. Gol penalty dari sang kapten memastikan Liverpool mantap di posisi empat atau batas terakhir Zona Liga Champions. Dengan tambahan 3 poin, kini mereka hanya berselisih 4 poin dari pemuncak klasemen, Chelsea.
Tapi lagi-lagi Suarez tak mencetak gol. Pada saat meluluhlantahkan Arsenal, Suarez juga hanya menyumbang sebiji assist. Apakah dia sudah ‘bosan’ mencetak gol?
Kembalinya Sturridge tentu bisa dijadikan alasan. Saat Sturridge dibekap cedera, Suarez dipasang sebagai ujung tombak tunggal. Disokong oleh lima gelandang di belakangnya, Suarez begitu nyaman di depan. Umpan-umpan mengalir kepada dirinya. Hal ini yang membuatnya leluasa mengobrak-abrik pertahanan lawan. Dengan skill yang mumpuni dan asupan bola yang cukup, Suarez memberondong gawang lawan. Hasilnya, 22 kali dia berhasil melewati hadangan penjaga gawang yang membuat namnya terpajang pada daftar teratas top skor sementara EPL.
Namun sekembalinya Sturridge dari ruang perawatan, produktivitas Suarez menurun. Suarez lebih sering bergerak di belakang Sturridge yang ditempatkan sebagai ujung tombak. Nampaknya Rodgers sadar, jika terlalu menggantungkan serangan pada Suarez, serangan Liverpool akan mudah terbaca. Ini memudahkan lawan dalam mematahkan serangan yang dibangun anak asuhannya. Oleh karena itu, saat Sturridge kembali pulih, Suarez ditarik ke belakang, sejajar dengan dua penyerang sayap, Coutinho dan Steerling. Hal ini akan membuat konsentrasi pertahanan lawan terpecah. Apakah akan menjaga ketat Suarez dan memberikan ruang kepada Sturridge, atau menjaga keduanya?
Lantas apakah hal ini merupakan suatu masalah bagi Liverpool?
Ternyata jika kita melihat dari hasil laga pada lima pertandingan terakhir ini, memuaskan. Mereka berhasil meraih 3 kemenangan dan 2 kali imbang. Pasukan Anfield Gank juga berhasil memborong 17 gol dan kemasukan 9 kali. Ini menunjukkan bahwa skema ini memberi dampak positif bagi Liverpool. Akan tetapi ini juga berarti akan ‘mengorbankan’ Suarez.
Tapi jika melihat perolehan gol para top skor EPL, Suarez melaju sendirian dengan perolahan lebih dari 20 gol. Suarez sudah mengemas 22 gol, pesaing terdekatnya adalah rekan setimnya, Sturridge dengan 16 gol. Selain itu, Suarez juga memimpin daftar pemberi assist terbanyak dengan 10 assist, unggul 2 assist dari sang kapten Steven Gerrard.
Mungkin apa yang diungkapkan banyak pihak tentang diri Suarez ada benarnya, bahwa dia saat ini sudah semakin dewasa. Dia mau ‘berkorban’ untuk kebaikan tim, rela posisi dan kebiasannya mencetak gol dialihkan ke Sturridge. Bandingkan, dulu dia dicap sebagai pembuat ulah dengan aksi-aksi kontroversialnya. Tapi seiring waktu, kini dia bisa meredam gejolak emosinya. Dan kematangan mental membuatnya semakin disegani lawan dan para pendukungnya. Jika hal ini terus dipertahankannya, tak ayal lagi, gelar pemain terbaik Liga Inggris akan jatuh ke pelukannya. YNWA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H