Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan sebuah tontonan lagu anak kecil yang sedang asyik menyanyikan lagu dengan sangat fasehnya. Lagu tersebut tanpa judul, tanpa aransemen yang jelas, hanya sebuah lagu candaan saat anak kecil bermain. Namun, efeknya sangat besar dan viral di berbagai media sosial. Bahkan, lagu lucu-lucuan inipun ditiru, diganti liriknya, digubah ke dalam lagu beberapa bahasa di Indonesia. Apakah dampaknya?
Jauh di seberang sana, entah di belahan bumi mana. Anjing yang notabene adalah hewan peliharaan manusia, menjadi santapan bahkan kudapan lezat para penikmatnya. Bagi masyarakat  muslim sangat jelas, memakan daging anjing adalah haram hukumnya, bahkan tersenggol atau terkena air liurnya saja, diwajibkan harus dicuci sebanyak tujuh kali. Tidak menutup kemungkinan, agama lain juga sama demikian halnya.Â
Anjing merupakan hewan peliharaan dan bukanlah hewan pedaging yang bisa dimakan begitu saja. Memang, di dunia ini masih banyak yang masih mengkonsumsi hewan bertaring ini, pengawasan dan etika moral dari pemangku kekuasaan belum ada tindakan yang jelas.
Beberapa saat lalu, kita sama-sama saksikan video yang beredar atas penyiksaan anjing pada saat akan diolah menjadi makanan. Hewan tersebut dipukul terlebih dahulu, digantung, diceburkan ke dalam panci berisi air mendidih dalam keadaan hidup-hidup. Dimakanah rasa perikemanusiaan mereka? Ayam saja apabila akan dipotong terlebih dahulu harus didoakan, dibersihkan bulu yang ada di lehernya, dipotong menggunakan pisau yang tajam, serta tidak boleh disakiti terlebih dahulu.
Mari sejenak kita hentikan kebodohan ini dengan tidak mengkonsumsi anjing sebagai makanan manusia, perlakukan anjing selayaknya makhluk hidup lainnya yang butuh kenyamanan dan hak hidup. Ganti lagu "Makan daging Anjing dengan sayur kol" dengan lagu "Makan daging ayam dengan sayur kangkung". Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H