Meremehkan peran wakil dari sebuah perarungan Pilkada adalah sebuah kesalahan yang fatal, asal comot tanpa mempertimbangkan track record calon wakil bisa menjadi penyebab tergerusnya perolehan suara.
Pilpres 2014 lalu adalah pentas yang paling cocok untuk mendukung argumen di atas, begitu ketatnya persaingan antara JKW dan Prabowo, sehingga mau tidak mau, setuju atau tidak setuju, maka figur wakil presiden pak Jusuf Kalla akhirnya menjadi kartu truf kemenangan Pak JKW.
Kelemahan Pak JK waktu itu hanya faktor umur, selain itu nyaris pak JK unggul segalanya dibanding calon wakil yang digaet oleh Pak Prabowo. Puncaknya setelah Pak Hatta Rajasa melakukan blunder di acara debat presiden, bagaimana mungkin seorang yang berpuluh tahun berjibaku di pemerintahan, tak tahu membedakan antara Kalpataru dengan Piala Adipura.Â
Jikalau boleh sedikit lebay, seandainya waktu itu mereka bertukar calon wakil, sangat mungkin Pak Prabowo lah Presiden Indonesia sekarang (Bukan berarti saya pendukung Prabowo dan prediksi tersebut hanyalah asumsi pribadi, jadi pembaca boleh setuju atau tidak).
Terkait Pilkada DKI 2017, jika melihat eskalasi politik yang sedang berkembang, sangat besar kemungkinannya Pak Ridwan Kamil akan Head To Head dengan Ahok. Walaupun Pak RK masih belum memberikan keputusannya apakah ikut bertarung atau tidak, namun sebagai seorang politisi yang cerdas, sangat kecil kemugkinannya Pak RK mengabaikan begitu saja momentum politik terbaiknya ini, sebagai jalan untuk meretas karir politik yang lebih tinggi, The Next Presiden Maybe?.
Sebagai seorang DIE HARDnya Kang Emil, boleh dong kang saya ikut usul, supaya jangan sampai salah memilih calon wakil, selektiflah kang, pelajari secara mendalam track record mereka, agar peran wakil akang nantinya bukan hanya sebagai pelengkap, namun benar-benar dapat membantu mengatrol perolehan suara.
Orang-orang yang selama ini telah santer namanya diprediksi bakal ikut bursa pencalonan DKI 1, apakah sebagai gubernur atau wakil gubernur semacam M. Taufik, Sandiago Uno, Hidayat Nur Wahid, Nur Mahmudi Ismail, Sani, H. Lulung, Desy Ratnasari, Eko Patrio, Yusril Ihza Mahendra, Adiyaksa Daud, Biem Benyamin, Tantowi Yahya, Aziz Syamsuddin, Idrus Marham, Nachrowi Ramli dan lain sebagainya merupakan orang yang baik dan berprestasi di bidangnya masing-masing.
Namun jika nama-nama tersebut di usung untuk bertarung di ring Pilkada DKI menghadapi ahok, sangat besar kemungkinannya untuk kalah. Bukan berarti meremehkan kekuatan mereka, tapi kalau tidak percaya silahkan saja usung mereka, tanpa sesumbar atau jumawa, ahok tak akan kesulitan menghadapi mereka.
Setahun ini "kami" secara independen tanpa berafiliasi dengan partai politik manapun dan bukan rekanan survey politik manapun, hanya berdasar kecintaan pada tanah kelahiran "Jakarte Punya Kite, dengan menggunakan teknik quisioner dan pendekatan ke warga secara kekeluargaan demi mendapatkan informasi-informasi yang kredibel, "bergerilya" menyusuri sudut-sudut kota yang paling kumuh, hingga gedung-gedung pencakar langit di ibu kota, menemui kalangan terpelajar hingga buta aksara, bersilaturahmi dengan kaum yang papa hingga kaum yang berharta, hingga sampai pada kesimpulan sebagai berikut:
Ahok sebenarnya tak kuat-kuat amat, tak superior banget, hanya jika lawan tandingnya tak punya nilai jual yang tinggi, maka pemilih DKI akan tetap memilihnya. Koh Ahok ibarat akar pada sebuah pepatah : "Tak Ada Rotan Akarpun Jadi" ibarat produk, ahok hanya Barang Subsitusi, yang dipilih hanya jika Produk Primernya tak ditemukan.Â
So... Jika Rotannya ada, Produk Primernya tersedia, pasti dan pasti, ahok akan tersingkir dengan sendirinya, boleh percaya atau tidak, namun itulah pola pemilih di DKI 2017 mendatang.
Jadi untuk ahok kemungkinannya hanya 2, Menang Mutlak atau Kalah Telak, Menang mutlak jika Kang Emil tak ikut berkompetisi dan Kalah telak jika kang emil ikut bertarung. Namun dengan catatan kang emil tidak memilih wakilnya dengan salah satu nama-nama di atas.Â
Jika kang emil ingin mendapatkan kemenangan yang mutlak sehingga mendapat legitimasi yang kuat, pilihlah wakil yang berkualitas, tentu kang emil lebih tau dan paham memilih pasangan, namun sebagai pendukung kang emil, cobalah mencari alternatif wakil hingga ke daerah-daerah, siapa tau kang emil bertemu dengan figur-figur dengan catatan prestasi mentereng dan bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Di bawah ini salah satu yang bisa dijadikan kandidat, tinggal disundul dan dipromosikan saja, maka In Sha Allah kemenangan Kang Emil sudah di depan mata.
Jangan takut maju kang, hanya karena melihat dukungan KTP Teman Ahok, percaya kang itu hanya seperti buih di lautan, fatamorgana di gurun pasir, dukungannya benar tapi hanya sampai pencalonan, bukan sampai pada pencoblosan, kecuali akang tak maju, maka KTP tersebut akan bermanfaat hingga hari pencoblosan.
#BISMILLAH RIDWAN KAMIL FOR DKI 1
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H