Mohon tunggu...
Mas Abim
Mas Abim Mohon Tunggu... -

KUN FAYAKUN.... PROF. NURDIN ABDULLAH FOR THE NEXT PRESIDENT RI 2019. IN SHA ALLAH... AAMIIN...

Selanjutnya

Tutup

Politik

10 Sesat Pikir Para Pendukung Ahok

2 Februari 2016   22:27 Diperbarui: 2 Februari 2016   22:42 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sesat pikir adalah kesalahan dalam penalaran. Penalaran ‘salah’ merupakan penalaran yang menggunakan argumentasi yang tidak logis atau argumentasi yang menyesatkan. Penalaran di sini berarti penarikan kesimpulan dari fakta-fakta atau premis-premis yang diasumsikan [sebagai benar]. Berikut 10 (Sepuluh) sesat pikir menurut pendapat pribadi yang saya rangkum dari tulisan beberapa artikel para pendukung ahok:

1. Terlalu Jumawa alias Sombong

Beberapa pendukung ahok sudah seperti tuhan, kata-kata sudah pasti menang, ahok mengunci kemenangan dan lain sebagainya adalah bentuk kesombongan dan ketakabburan alias mendahului kehendak tuhan. Padahal bukan tidak mungkin Februari 2017 nanti mereka akan tertunduk karena mendapati kenyataan yang bertolak belakang dengan kesombongan mereka saat ini.

2. Terlalu Percaya Diri

Setelah berhasil mengumpulkan hampir 1 juta Kartu Tanda Penduduk yang dikoordinir oleh teman ahok, mereka dengan PD-nya amat yakin bahwa 1 juta KTP tersebut sudah pasti memilih ahok, padahal siapa yang tau bahwa mekanisme pengumpulan Identitas diri tersebut tidak "menyelipkan" beberapa lembar rupiah sebagai rangsangan agar warga rela menyerahkan foto kopi KTP nya, lagian apa susahnya sich, timbang FC KTP doang, lumayankan bisa dapat ceban, hi hi hi.... pan waktu di bilik suara kagak ada nyang tau kitenya milih siapa. kasin dech ketipu.....

3. Terlalu Meremehkan Lawan

Seorang kompasianer yang baru-baru ini terpilih sebagai Kompasianer versi kong ragil sebagai peraih jumlah pembaca terbanyak, mungkin karena predikat itulah orang sengak ini menjadi tinggi hati dan cenderung merendahkan orang lain, buktinya ia pernah memposting sebuah artikel yang kesannya meremehkan lawan, bayangkan ibarat pertandingan tinju, ahok digambarkan sebagai petinju kelas berat, sedangkan Kang Emil hanya berstatus petinju kelas welter. Hati-hati terlalu meremehkan lawan biasanya akan membuat terlena. Kompasianer ini tidak sadar bahwa justru kelakuannya tersebut membahayakan jagoannya sendiri.  

4. Menakut-nakuti Lawan

Katanya mundur saja, karena kalau kalah akan kiamat bagi karir politik Pak RK, bwahaha mereka itu politikus bung, bukan anak kecil yang mudah saja percaya dengan intimidasi orang dewasa, mereka lebih paham kalkulasi politik daripada kita yang cuma pengamat politik amatiran... wkwkwkw

5. Pakai Ramalan

Ha ha ha... lucu banget... katanya Pak RK lebih baik menunggu hingga tahun 2024, karena berdasarkan ramalan yang dia yakini, Kang Emil baru "direstui" menjadi pemimpin pada tahun tersebut... ngakak lagi ha ha ha... jaman gini percaya ramalan... bisa musrik tau... apalagi kang emil juga dikenal sosok yang relegius, masukan-masukan tak masuk akal dan berbau syirik seperti itu pasti beliau tanggapi sambil senyum-senyum simpul... ih lucu dech ente....

6. Menyuruh Presiden

Mungkin orang ini belum ngeh kalau zaman sudah berubah, rezim orde baru telah berganti, bisa-bisanya nyuruh Pak Jokowi untuk meminta Pak RK supaya tidak usah mencalonkan diri menjadi Gubernur. Emangnya Jabatan Camat atau Lurah yang ditentukan oleh pejabat yang lebih tinggi di atasnya. Ini Pilkada Neng... Keputusan ada di tangan rakyat, bukan ditangan Presiden !

7. Figur Wakil Gubernur Tak Penting

Sebegitu jumawanya mereka, sampai ada yang mengatakan bahwa berpasangan dengan sandal jepit pun ahok sudah pasti menang.... ck ck ck... hebat bener... Pak RK yang sudah Populer dan Dicintai Masyarakat saja harus selektif memilih wakilnya, sangking pentingnya peran wakil ini, ane sampai ngebet banget merekomendasikan ke Pak RK (siapa tau beliau baca, soalnya beliau kan terkenal aktif di Sosial Media) untuk memilih tokoh ini yang saya anggap punya nilai jual yang cukup tinggi :

http://www.kompasiana.com/mas_abim/nurdin-abdullah-calon-pemimpin-masa-depan_56af2a98169773a80e70b441

8. Megecilkan Peran Kendaraan Politik yang Dipakai

Kira-kira cepat nyampai mana dalam keadaaan normal, perjalanan dari Jakarta - Bandung pakai sepeda ontel atau motor gede 500 cc, anak kecil aja sudah pasti tau jawabannya. Kans RK dan Ahok untuk terpilih adalah sama atau fifty-fifty, jangan terlalu meremehkan kerja mesin partai, segurem-guremnya partai, pasti punya basis massa, apalagi 2 partai pengusung kang emil tersebut adalah urutan 2 dan 3 besar peraih suara terbanyak di DKI berdasarkan hasil Pileg 2014 yang lalu. Kalau ahok tetap maju melalui jalur independen, besar kemungkinan RK akan unggul walau tipis, nyang penting menang, soal telak atau tipis kagak jadi masalah.

9. Terlalu Yakin Kau Ridwan Kamil Pasti Tak Maju di DKI 1

Soal ini pun saya tak terlalu yakin juga bahwa beliau Pasti akan maju, namun terlalu meyakini RK pasti tidak maju adalah kesalahan yang sangat fatal, ibarat seorang Jenderal Perang, kalkulasi politik Pak RK pasti sangat matang, manuver-manuver politiknya bak pedang, jika tak pandai membaca arah gerakannya, akan menebas lawan politiknya tanpa ampun, Keputusannya mengulur-ngulur waktu untuk memproklamirkan diri maju bertarung pada perebutan kursi DKI 1, bisa saja bagian dari taktik dan siasat mengelabui lawan. Orang awam saja paham bahwa keterpilihan seseorang menjadi pemimpin bukan hanya semata-mata karena kepopuleran dan elektabilitas yang tinggi, tapi faktor luck dan pandai memanfaatkan momentum adalah salah satunya. Misalnya saat ini Pak RK begitu diharapkan untuk maju oleh seluruh lawan politik dan haters ahok, dan jika menang berarti membuka peluangnya untuk maju di pertarungan RI 1. Namun jika ia tak mengambil peluang itu sekarang, maka pak RK akan KEHILANGAN MOMENTUM, soalnya bisa saja beberapa tahun ke depan muncul bibit-bibit calon pemimpin baru yang lebih muda dan hebat yang dapat mengalahkan pamor beliau untuk menuju RI 1.  

10. Menghapus Iklim Kompetisi

Pilkada bukan ajang bagi-bagi jabatan, si A baiknya di sini, si B bagusnya disitu, kalau pola pikirnya seperti itu, yahhh kagak usah Pemilu-pemiluan dech, langsung aja lewat mekanisme Penunjukan Langsung (PL), buang-buang waktu dan buang-buang uang rakyat. Salah satu alasan diadakannya Pemilihan Langsung oleh masyarakat adalah agar Calon Pemimpin yang terpilih adalah benar-benar hasil penyaringan yang ketat dari masyarakat, BUKAN MEMILIH ANTARA YANG BURUK DAN BAIK, TETAPI MEMILIH YANG TERBAIK DIANTARA YANG TERBAIK istilah kerennya THE BEST OF THE BEST. Jangan takut kehabisan stok pemimpin berkualitas, kita harus jadi bangsa yang optimis, bukan jadi bangsa yang pesimis dan kehilangan harapan, justru jika Iklim Kompetisi yang sehat ditumbuhkan, maka menstimulus munculnya para calon pemimpin muda berkualitas, bak cendawan di musim hujan, Percayalah Harapan itu Selalu Ada !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun