Mohon tunggu...
Muh Alvan Saefulloh
Muh Alvan Saefulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - ꜱᴛᴜᴅᴇɴᴛ ᴀᴛ ᴅᴇᴘᴀʀᴛᴍᴇɴᴛ ᴏꜰ ᴘᴜʙʟɪᴄ ʀᴇʟᴀᴛɪᴏɴꜱ

ᴀᴋᴛɪᴠɪꜱ|ᴘᴜʙʟɪᴄ ꜱᴘᴇᴀᴋᴇʀ|ᴇᴅᴜᴄᴀᴛᴏʀ|

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama dan Filsafat | Menelusuri Esensi Kemanusiaan

4 Juli 2024   23:45 Diperbarui: 4 Juli 2024   23:54 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anima sensitiva/jiwa perasa

Jiwa perasa ini di miliki oleh binatang. Fungsi dari jiwa perasa ini diantaranya, mampu mengamati, bergerak, dan bertindak. Jiwa ini mencakup perasaan, naluri dan nafsu. Sebagaimana para binatang ketika di suguhkan dengan mangsa-nya, maka binatang tersebut akan mengamati-nya sampai mangsa-nya itu diam. Setelah itu baru binatang tersebut akan bergerak dan bertindak untuk memangsa-nya. Kita juga sebagai manusia-pun sama, artinya kita sebagai manusia perlu memiliki karakter-karakter tersebut. Dari awal mengamati lingkungan sekitar, apakah cocok dengan kita atau tidak. Kemudian bergerak serta bertindak ketika kita merasa ada hal yang buruk. Di sisi lain juga, kita perlu menggunakan perasaan, naluri dan nafsu kita di saat kita ingin betindak. Misalnya, ketika kita melihat seseorang yang sedang kesusahan, maka dengan perasaan itu kita akan spontan membantunya. Ketika kita merasa ada seseorang yang ingin menghampiri kita, dan ternyata naluri kita berbicara orang tersebut akan melukai kita, maka kita secepatnya harus pergi dan menjauh. Kemudian ketika kita mendapatkan posisi yang kurang baik, seperti di suguhkan dengan orang yang telah menyakiti kita bahkan keluarga kita, maka dengan adanya nafsu kita akan tau sebaiknya kita harus berbuat apa.

Anima Intelektiva/Jiwa berpikir

Jiwa berpikir ini merupakan jiwa yang terakhir yang di miliki oleh manusia. Bahkan jiwa ini tidak di miliki oleh tumbuhan dan binatang melainkan hanya di miliki oleh manusia saja. Jiwa ini mempunyai fungsi sebagai upaya dalam berpikir dan berkehendak dengan penuh kesadaran. Artinya kita sebagai manusia sangat perlu untuk menjadi manusia yang berpikir. Berpikir bagaimana supaya kita menjadi manusia yang sejati, manusia yang baik, manusia yang punya keinginan, manusia yang punya cita-cita, dan manusia yang punya tujuan. Sehingga ketika kita sudah mempunyai pikiran tersebut, kita akan tahu betul perilaku dan kehendak apa yang ingin kita ambil. Misalnya, ketika kita ingin menjadi seseorang yang sukses, maka langkah pertama yang kita ambil adalah kita harus mau untuk berproses. Segala rintangan, tantangan, bahkan gangguan dari orang sekitar, kita harus berani untuk menangani-nya bahkan sampai menyelesaikan-nya. Selain itu, kita juga perlu mempunyai kesadaran yang penuh akan setiap apa yang kita perbuat, apakah itu baik ataupun buruk, benar ataupun salah, suka ataupun tidak. Semua hal itu akan kita ketahaui dengan kesadaran kita sendiri.

Jiwa ini juga setidaknya mencakup 3 aspek, yaitu pertama kecerdasan intelektual, tentang bagaimana kita mempunyai kecerdasan dalam berpikir, seperti sebuah gagasan, ide, dan argumentasi yang berdasarkan sumber yang valid. Kedua kecerdasan emosional, tentang bagaimana kemampuan kita untuk memahami, mengelola dan mengekspresikan emosi dengan sehat dan efektif. Ketiga kecerdasan spritual, tentang bagaimana kemampuan kita untuk memahami makna dan tujuan hidup, serta etika, norma, moral dan nilai-nilai keagamaan dan lingkungan sosial. Tiga hal ini menjadi pondasi yang penting bagi kita sebagai manusia yang mempunyai jiwa intelektiva. Pada akhirnya jiwa ini menjadi pembeda yang signifikan antara manusia dengan tumbuhan dan binatang.

Akan tetapi, dua jiwa sebelumnya jangan pula dilupakan. Karena kita sebagai manusia pun harus memiliki jiwa-jiwa tumbuhan dan binatang, seperti kita perlu makan, bertumbuh, berkembang biak, menjaga diri, menjaga popularitas, serta mempunyai insting, perasaan, dan mempunyai kelompok (pertemanan).

Dengan demikian, sebetulnya manusia adalah kita mengimplementasikan ketiga jiwa di atas. Sehingga kita akan paham terhadap diri kita sendiri sebagai manusia. Sehingga kita juga tidak akan kebingungan akan proses perjalanan kita yang mempunyai kualitas sebagai manusia. Manusia yang memiliki jiwa avegatativa, sensitiva dan intelektiva. Justru ketika kita berhadapan dengan seseorang yang tidak memiliki ketiga kompenen di atas, maka perlu kita pertanyakan akan kualitas kemanusiaan-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun