Hari sejarah, hari pengorbanan, dan hari keikhlasan itulah panggilan yang cocok bagi Idul Adha. Kenapa demikian, apakah perlu ditelusuri? Yah betul, perlu kita telusuri dan pahami betul terlebih dahulu sejarah adanya Idul Adha.
Idul Adha merupakan bentuk anugrah dari Alloh SWT bagi kita semua sebagai umat religius. Dalam Idul Adha terdapat kisah yang sudah bergitu lama, tentang kisah Nabi ibrahim dengan putranya, Yaitu Nabi Isma'il. Kisah ini begitu amat penting sebagai petuah bagi keberlangsungan peradaban islam, dan peradaban umat manusia.
Bahkan, kisah ini-pun sudah menjadi kisah yang termaktub didalam karya-karya Alloh SWT dalam bentuk kalam-nya, yaitu AL-Quran, tepatnya di dalam Quran Surat As-Saffat dari ayat 101-110. Begitu spesial dan indahnya kisah ini, sehingga Alloh SWT pun membuat ayat khusus bahkan ayat-nya pun bersambung tanpa terputus. Sehingga ketika kita membaca dan memahaminya itu membuat kita seolah-olah menjadi tokohnya dan bertanya-tanya, "bagaimana jika hal tersebut terjadi pada kehidupan kita, kita yang sebagai seorang ayah yang diperintahkan oleh tuhan untuk mengkurbankan anak-nya?" apakah kita mampu untuk mentaatinya? Sepertinya, kemungkinan besar tidak bahkan mustahil ditaati.
Kendati demikian, beda halnya ketika perintah itu didapatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. Sosok Nabi Ibrahim a.s. benar-benar seorang hamba sekaligus Nabi yang taat pada Alloh SWT, sehingga Nabi Ibrahim a.s ini diberikan pangkat olehnya sebagai kholilulloh, yaitu kekasih Alloh SWT.
Masuk pada kisahnya, "Sebetulnya, pada mulanya Nabi Ibrahim a.s. ini tidak diberikan turunan oleh Alloh SWT. Selama puluhan tahun, Nabi Ibrahim a.s. berusaha dan berdo'a kepada Alloh SWT untuk bisa diberikan turunan. Setelah begitu lama Alloh SWT-pun mengabulkannya, sehingga itu menjadi kabar yang sangat gembira bagi Nabi Ibrahim a.s. Dan anak-nya pun diberikan nama seorang Nabi Isma'il a.s. Namun, tatkala Nabi Ismai'l a.s. ini masuk pada umur baligh, Nabi Ibrahim a.s pun berkata pada Nabi Isma'il,"Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu", maka Nabi Isma'il pun tidak berpikir panjang dan langsung menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, inshaalloh kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Sungguh, betapa indahnya percakapan diantara keduanya. Seorang ayah yang diberikan perintah oleh rab-nya melalui mimpinya untuk mengkurbankan putranya. Ayah-nya yang hanya seorang hamba dan kekasih dari rab-nya harus mentaati akan perintahnya. Begitupun seorang putra-nya harus turut akan perintah rab-nya melalui ayahnya. Seorang ayah yang taat dan rela untuk mengkurbankan putra-nya, seorang putra yang sabar dan ikhlas akan perintah rab-nya melalui ayah-nya. Ini menggambarkan pula ketaatan dari keduanya kepada rab-nya, yaitu Alloh SWT.
Karena itulah penulis sendiri menamakan momentum tersebut sebagai hari sejarah, karena terdapat kisah dibaliknya. Sebagai hari pengorbanan, karena ada perintah Alloh SWT terhadap Nabi Ibrahim a.s. untuk mengkurbankan putranya, Nabi Isma'il a.s. Sebagai hari keikhlasan, karena dari keduanya sangat begitu tulus dan taat akan perintah Alloh SWT. Sebab, pada dasarnya perintah itu merupakan bentuk pengujian dari Alloh SWT dalam menguji ketaatan, ketulusan, keikhlasan, serta kesabaran dari seorang hamba dan kekasih-nya. Alloh SWT pun telah melihatnya, dan ujianya pun telah usai. Kemudian, Alloh SWT pun mencabut ujian itu dari keduanya, sehingga Alloh SWT mengganti Nabi Isma'il a.s. dengan seeokor domba sebagai pengganti pengkurbanan Nabi Ibrahim a.s. terhadap Nabi Isma'il a.s. Kemudian Nabi Isma'il a.s tidak jadi dikurbankan, karena digantikan dengan unta tersebut. Yang kemudian moment ini pun dikenal sebagai hari kurban.
Kisah ini-pun sangat menjadi petuah bagi kita semua. Tidak hanya dijadikan sebagai kisah saja, tetapi dijadikan pula sebagai pembelajaran bagi kita semua. Betapa harusnya kita taat, tulus, ikhlas, dan sabar akan perintah Alloh SWT dan perintah kedua orang tua kita, dimanapun dan kapanpun.
Di sisi lain Idul Adha-pun memiliki keutamaan dan kemulyaan tersendiri. Tidak hanya dengan berkurban hewan saja, namun untuk mendapatkan keutamaan dan kemulyaan itu perlu kita ikhtirkan dan biasakan. Maka dari pada itu penulis akan menyajikan beberapa amalan untuk mendapatkan keutaaman dan kemulyaan di momentum Idul Adha.
Mengutip dari nuonline, tentang enam amalan sunnah di Idul Adha, yaitu;
Pertama, mengumandangkan takbir di masjid-masjid, musholla dan rumah-rumah pada malam hari. Dimulai dari terbenamnya matahari sampai pada imam naik ke mimbar untuk berkhutbah dan dilanjut setelahnya sampai pada tanggal 13 Dzulhijjah.