Nama Republik Lebanon (Lebanese Republic/Inggris, Al-Jumhuriyah Al-Lubnaniyah/Arab, Republique de Libanaise/Prancis), dengan ibukota Beirut terletak di wilayah timur dekat (Near East), disebelah barat menghadap laut Mediterranean (laut Tengah) dan Syprus, berbatasan sebelah utara dan timur dengan negara Suriah dan sebelah selatan dengan Israel.
Luasnya wilayah 10.452 km persegi dengan panjang pesisir pantainya sekitar 212 km. Memiliki 4 iklim (panas, semi, gugur dan dingin) dimana pada musim panas dapat mencapai 39 derajat C dan musim dingin hingga minus 10 derajat C dan beberapa daerah pegunungan (Sidon, Beirut selatan, Nabatieh dan Bekaa) turun salju.
Penduduk berjumlah kurang lebih 4 juta jiwa, ditambah dengan warga asing lainnya, (Imigran, Pekerja, Pengungsi) kurang lebih 1,5 juta jiwa yang berasal dari Suriah, Palestina, Armenia, Kurdistan, Mesir, Srilangka, Philipina dan Sudan. Hari nasional jatuh pada tanggal 22 November dengan lambang Negara Pohon Cedar (Araz), bahasa yang digunakan Arab, Prancis, dan Inggris. Agama yang dianut : Islam (Sunni, Syiah, Druze dan Alawit), Kristen (Moronit, Roma, Katolik Ortodok dan Protestan). Sedangkan penghasilan negara terbesar didapat dari perekonomian, sumberdaya alam dan pertanian. Mata uang yang digunakan adalah Lira Liban (1 $ US = 1600 lira liban).
Masyarakat Lebanon secara sosiologis dikatagorikan sebagai masyarakat sektarian (berdasar agama). Begitu sektariannya sehingga ruang lingkup kehidupan masyarakat Lebanon tidak terlepas dari sekteisme, baik dari tataran sosial terlebih dalam mengenai urusan politik (Confenssionalism politic), kurang lebih 3.1 juta jiwa (sensus 1999) terdapat 18 aliran agama dengan berbagai sekte dan alirannya, yaitu 4 aliran Islam, 11 Kristen (4 Ortodok-Armenia. Yunani, Suriah, Kaldea, Romawi, Moronit dan 1 Protestan), dan Yahudi. Pembagian berdasarkan etnis hanya terdiri dari masyarakat Arab, Armenia, dan Kurdi.
Saat ini rakyat Lebanon tengah mencari konsep untuk mempersatukan bangsa Lebanon menjadi satu bangsa yang memiliki rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki. Perang saudara yang pernah berkecamuk selama 15 tahun di Lebanon sesungguhnya tidak terlepas dari masalah pertentangan antara etnis pemeluk agama, disamping pembagian politik dan kekuasaan. Di tingkat grassroot pun masyarakat secara otomatis membagi wilayah atau distriknya berdasarkan agama dan sektenya masing-masing, terlebih setelah perang saudara.
Konsep kebangsaan atau nation state yang berkembang selama ini seperti yang termaktub dalam Pakta Nasional 1943 maupun perjanjian Taif 1989 masih mengedepankan sektarianisme. Perdebatan terjadi mengingat para pemimpin politik menganggap hanya tersedia dalam dua pilihan konsep, yaitu sekularisme atau agama-isme. Keduanya berpotensi memancing pertentangan politik yang akut.
Dalam kaitan inilah sendi-sendi falsafah negara seperti "Pancasila sepertinya dapat ditawarkan" sebagai konsep alternatif yang mengakomodasi semua kepentingan politik di Lebanon. Namun kendati secara Sosiologis bertipologi pada sektarian dengan segala akibatnya, masyarakat Lebanon ternyata cukup terbuka dalam pergaulan, hal ini tak lain sebagai imbas dari posisi Lebanon yang secara geografis terletak di wilayah persimpangan kebudayaan Eropa dan Asia / Arab dengan silih bergantinya para pendatang sepanjang sejarah sehingga menjadikan masyarakat Lebanon cukup terbuka, berpendidikan dan lebih moderat di banding dengan masyarakat Arab sekitarnya.
Masyarakat Lebanon menghargai kebebasan individu, tetapi ikatan kekeluargaan masih berperan penting. Masyarakat Lebanon dikenal pula dengan pola hidup modern, terbuka, dinamis dan konsumtif. Banyak masyarakat Lebanon berjuang untuk memperoleh pengaruh dan kekayaan sebagai simbol keberhasilan. Pola masyarakat lebih terbuka dibanding negara Timur Tengah lainnya.
Masyarakat Lebanon merupakan salah satu masyarakat dengan tingkat pendidikan yang memadai di kawasan Timur Tengah. Tingkat melek huruf pendudukya sekitar 86 persen. Pendidikan dasar lima tahun merupakan kewajiban dan tidak dipungut biaya. Di Beirut terdapat 6 Universitas ternama, yaitu American Universityof Beirut, Saint Joseph University, yang dikelola serikat Jesuit, Lebanese University, yang didanai oleh Pemerintah setempat, Lebaniese Arab University yang diseponsori oleh pemerintah Mesir, selain itu terdapat Lebanese American University dan American Hagazian College. Tingkat pendidikan yang cukup baik tersebut menempatkan Lebanon pada urutan ke-80 dalam peringkat Human Development Index tahun 2004. sedangkan dilingkungan 20 negara-negara Arab Lebanon berada pada peringkat ke-8.
Beirut, ibukota Lebanon ini berpenduduk lebih kurang 1 juta jiwa dan merupakan salah satu kota tertua yang masih ada sejak jaman Phoenician (lebih dari 5 ribu tahun silam) . Beirut pada jaman dahulu dikenal dengan nama "Biruta" yang berasal dari kata Semitic, atau "Bir" dari bahasa Arab keduanya mempunyai makna sama yaitu " Sumur". Artinya sumur yang berlimpah air bagi penduduk kota.
Posisi Beirut yang strategis, berada di persimpangan antara Timur dan Barat, suhunya yang relatif sedang, penduduknya yang cukup terbuka dan gaya hidupnya yang dinamis menjadi magnet yang mampu menarik minat bangsa-bangsa asing yang menyinggahi kota ditepi laut Mediterrania ini sejak 5000 tahun yang lalu. Sehingga tidak aneh jika disamping keragaman budayanya, juga kerap terjadi konflik kepentingan sejak masa itu sehingga sekarang yang tidak jarang berakhir dengan pertumpahan darah. Namun begitu, Beirut tetap kokoh dan lekang, karenanya Beirut mendapat gelar " Kota yang enggak untuk Lekang".