Mohon tunggu...
Mas Nur
Mas Nur Mohon Tunggu... journalist independent -

Aku adalah aku, dan sampai kapanpun aku akan tetap menjadi aku sendiri.BE YOURSELF

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadikan Hinaan Sebagai Motivasi

31 Desember 2010   04:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:10 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya Alloh,  Engkau Maha Sempurna, Engkau ciptakan manusia dengan kekurangan dan kelebihan agar manusia bisa saling memahami kekurangan dan memanfaatkan kelebihannya.

Namun pada sisi lain ternyata manusia selalu memaki kekurangan diri sendiri, kekurangan orang lain dan yang lebih tidak mengenakkan lagi suka mendewakan kelebihan diri sendiri.

Sekelumit kalimat diatas menyadarkan kita untuk senantiasa lebih bisa memahami orang lain, dan yang lebih penting harus bisa lebih memahami siapa diri kita yang sesungguhnya. Saya dan anda tidaklah sempurna, hanya lumuran dosa karena pikiran-pikiran kotor kita. Tidak perlu disanggah namun perlu kita sejenak renungkan ‘apa iya ya,..apakah aku seperti itu”. Akan tetapi untuk apa lagi kita masih mempertahankan keangkuhanan kesombongan itu? Kita hina teman-teman kita ?  Maaf, kalimat diatas adalah sebagai argument  saya pribadi.

Seringkali saya, kita, anda dan mungkin mereka menerima hinaan dari teman-teman karena kekurangan yag dimiliki, dan tanpa ragu-ragu pasti kita akan tidak bisa menerima perlakuan yang seperti itu. Lalu bagaimana kita mengambil sikap?

Menurutku, jadikanlah hinaan sebagai motivator dalam segalanya. Jika orang lain menganggap kita kurang ini kurang itu maka kita harus berupaya untuk melengkapi kekurangan tersebut sehingga setelah kekurangan itu terpenuhi maka dapat meminimalisir hinaan, jika orang lain menganggap kita bodoh ya jangan marahlah, justru dengan itu kita harus lebih giat untuk belajar.

Dari itu semua kawan, sikapilah apapun yang ada dengan bijak, arif dan santun sehingga kita sendiri tidak akan termakan dengan perasaan hati kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun