Oleh : Marzuki Umar
Ketika laba-laba merajut rangka baja
Rumah dipaku pada ranting dan dinding lusuh
Rayap dan capung enggan bertamu padanya
Harapan digantung pada sang nyamuk
Puting beliung menghela semua ranting
Dinding lusuh tercabik-cabik beterbangan
Fajar menyingsing...,Â
Cucak rawa menyanyi riang di pohon rindang
menguak tabir sunyi bersenandung rindu
Laba-laba mengintai harapan yang hilang
Taringnya dipahat pada bangunan usang
Satu demi satu rama-rama kian berdatangan
Raja siang terbelalak di kejauhan
Bayangannya dititip pada daun dan ranting
Kelelawar bertandang di dahan yang rimbun
Sayapnya membungkus badan yang letih
Matanya rabun penciuman tak difungsikan
Mangga tersenyum manis seraya berdoa
Petang menjelang malamÂ
Nyiur melambai-lambai di pekarangan
Laba-laba sembari membuka matanya
Jari-jemarinya bergerak merangkai cita-cita
Harapannya tak pernah putus asa
Niatnya dikekang pada panca warna
Di ufuk barat
Awan mengukir indahnya panorama
Semilir angin menggoreskan suasana nyaman
Lagu kenangan sesekali dinyanyikan Kenari
Harapan yang hilang kembali menjelma
Jiwa laba-laba semakin berbunga-bunga
Bireuen, 7 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H